PALU -- Hari sudah gelap ketika Nganianto datang ke parkiran Pelabuhan Pantoloan dengan menyetir mobil box nya. Ia mendatangi salah satu tim medis Posko Pertamina Peduli yang sedang beberes setelah membagikan ratusan makanan dan minuman serta memberikan pelayanan kesehatan gratis untuk penumpang kapal.
"Bapak tolong istri saya sakit," katanya kepada tim medis.
Seketika itu pula tim dokter Pertamina langsung mengikuti Nganianto yang kemudian membuka box mobilnya. Awalnya tim Pertamina bingung, tapi begitu pintu box terbuka, semua terkaget.
Ternyata ada seorang wanita yang terbaring lemas di dalam box tersebut. Beralaskan kasur tipis dan ditemani berbagai barang khas pengungsi, istri Nganianto yaitu Hertin (26) ternyata tidak bisa bangun hingga harus menggunakan kateter.
"Istri saya tidak bisa bangun. Makanya saya bawa dengan mobil box seperti ini. Belakangan dia mengeluhkan sakit di perutnya," ujar Nganianto.
Salah satu tim medis, dr Rizal langsung menangani pasien tersebut. Rizal langsung naik ke atas box untuk memeriksa Hertin. Tim dokter yang lain pun langsung menyiapkan peralatan dan obat yang diperlukan.
Sementara beberapa relawan lainnya mengambil posisi untuk menyinari lokasi pemeriksaan dengan senter atau handphone.
Nganianto bercerita, awalnya sang istri tidak bisa bangun karena tertimpa runtuhan saat gempa menggoncang Palu pada 26 September 2018. Ia tertimpa runtuhan beton saat melindungi anaknya yang berumur 10 bulan saat sedang bermain.
"Sejak itu tidak bisa bangun. Sudah ke rumah sakit tapi hanya dikasih kateter. Mungkin karena pasiennya banyak sekali saat itu," ceritanya.
Kini Hertin mengeluhkan sakit di bagian perut, dan setelah dicek ternyata kateternya tersumbat sehingga Hertin tidak bisa buang air kecil.
Setelah sekitar 1 jam penanganan dan pembersihan kateter, akhirnya tim dokter menuliskan surat rujukan agar Hertin segera diperiksakan lebih lanjut di Rumah Sakit atau jika perlu dibawa dengan Hercules ke kota besar.
Secercah rasa lega terlihat di wajah Nganianto begitu tahu istrinya sudah ditangani oleh tim dokter yang cekatan. Berkali kali suami istri tersebut mengucapkan terimakasih kepada tim dokter.
Namun ada satu pertanyaan yang membuat penasaran. Apa yang akan terjadi jika Hertin dan suaminya tidak mendapat penanganan sesigap tadi?
"Kondisinya sudah sangat berisiko. Jika tidak tertangani dengan cepat, HB nya bisa sangat menurun dan bisa meninggal," ujar dr. Thomas (nama panjangnya) sebagai koordinator tim medis posko pertamina peduli.
Dr. Thomas dan timnya memang berada jauh dari keluarga yang dikasihi. Namun selama di Palu, mereka telah menyelematkan banyak orang.•ALIH/HARI