JAKARTA – Pencapaian kinerja tahun 2013 tersebut tidak saja tercermin dari laba, tetapi juga pendapatan usaha perusahaan yang mencapai tingkat tertinggi sepanjang sejarah yakni 71,1 miliar dolar Amerika, atau setara Rp 743,11 triliun. Hal tersebut disampaikan jajaran manajemen dan dewan komisaris Pertamina dalam Town Hall Meeting di lantai M, Kantor Pusat Pertamina, (26/2).
“Kami dari jajaran manajemen mengucapkan terima kasih, bahwa Pertamina bisa mencapai laba terbesar tahun ini Rp 32 triliun, berkat kerja keras seluruh insan Pertamina baik di pusat maupun di daerah. Harapan kami adalah semua pekerja tetap mempertahankan juga sekaligus meningkatkan kinerjanya di tahun 2014 ini,” kata Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan setelah menyampaikan kinerja perusahaan selama tahun 2013.
Dalam Town Hall Meeting yang mengangkat tema “Towards Global Recognition” (Evaluasi Kinerja Tahun 2013 dan Rencana Kerja Tahun 2014) tersebut, Karen menggarisbawahi sejumlah catatan penting di tahun 2013. Di antaranya, Pertamina menjadi perusahaan Indonesia pertama yang berhasil masuk Fortune 500 dan berada di peringkat 122. Pertamina telah mengakuisisi aset migas di luar negeri, yaitu Blok 405a Algeria dan lapangan West Qurna-1 Irak serta blok di dalam negeri.
Dengan pencapaian tersebut, Karen berharap di tahun 2014 ini, seluruh proyek harus dikerjakan on specs, on schedule, on budget dan on return. Dia juga menekankan tema aksi budaya yang sudah dimulai 2013 dan akan terus berlaku di 2014. “One Pertamina, dimana kepentingan korporat di atas kepentingan sektoral dan fungsional. Diharapkan juga dapat menghilangkan silo-silo direktorat dan fungsi,” tegas Karen. Dengan beratnya tantangan di tahun 2014, Karen berharap seluruh pekerja bisa kerja keras, cerdas dan ikhlas agar target RKAP 2014 bisa terlampaui. Pekerja juga diminta lebih fokus dan tidak ikut larut dalam kegiatan politik praktis di tahun politik ini, tanpa mengurangi haknya dalam berpartisipasi di pemilihan umum.
Sementara Komisaris Utama Pertamina Sugiharto mengatakan bahwa ada beban tambahan bagi Pertamina sebagai persero. Hal ini tidak dapat dihindari karena posisi Pertamina sebagai BUMN.Contohnya dalam pengelolaan bisnis Elpiji 12 Kg. “Ini adalah satu dari banyak sekali dedikasi yang diberikan Pertamina kepada negara,” ujar Sugiharto.
Adapun pencapaian perusahaan tahun 2013 yang memberikan kontribusi bagi perusahaan yakni, peningkatan produksi migas Pertamina tahun 2013 sebesar 465.220 boepd, dari tahun 2012 sebesar 461.630 boepd. Peningkatan produksi tersebut juga diikuti dengan penambahan cadangan migas yang mencapai 237,31 juta barel setara minyak selama tahun 2013. Produksi uap panas bumi untuk pembangkitan listrik terealisasi 21,73 juta ton atau naik 38,5% dibandingkan 2012 yang hanya mencapai 15,69 juta ton.
Bisnis hilir Pertamina memperkokoh penguasaan pangsa pasar BBM non subsidi dan pelumas di pasar domestik dan gencarnya ekspansi pasar beberapa produk, seperti aviasi, pelumas dan BBM industri ke luar negeri. Hal positif juga ditunjukkan pada bisnis niaga gas, dimana pada tahun 2013 meningkat 147% menjadi 33,8 ribu BBTU dari tahun sebelumnya sebesar 23,1 ribu BBTU.
Untuk penugasan PSO dalam penyaluran BBM dan LPG 3 Kg ke seluruh wilayah Indonesia, Pertamina kembali membuktikan keandalannya dalam menjaga ketahanan stok serta proses suplai dan distribusi sehingga pasokan kepada masyarakat bisa terjamin dengan baik. Selama tahun 2013, Pertamina telah menyalurkan BBM dan LPG 3kg PSO masing-masing sejumlah 46,25 juta Kilo Liter dan 4,4 juta metrik ton, dan untuk pertama kalinya penyaluran BBM PSO di bawah kuota yang telah ditetapkan.
Adapun realisasi investasi Pertamina sepanjang 2013 mencapai rekor tertinggi sebesar 6,87 miliar dolar AS atau Rp71,8 triliun yang disokong oleh realisasi investasi hulu dan akuisisi blok-blok migas di dalam dan luar negeri.
Kinerja keuangan yang terus meningkat telah ikut mendongkrak kontribusi Pertamina bagi penerimaan negara, baik dalam bentuk dividen maupun setoran pajak. Total kontribusi Pertamina bagi penerimaan negara pada 2013 mencapai Rp78,22 triliun, terdiri dari dividen sebesar Rp9,5 triliun dividen dan setoran pajak sebesar Rp68,72 triliun. Kontribusi tersebut meningkat sekitar 18 persen dibandingkan tahun 2012.
Pencapaian rating Good Corporate Governance, yang merupakan salah satu aspek dalam meraih kepercayaan publik dan investor juga terus meningkat. Pada tahun 2013, rating GCG Pertamina mencapai kriteria “sangat baik” dengan skor 94,27 dari skala 100, naik jika dibandingkan dengan skor tahun 2012 sebesar 93,51.•UHK/DSU