Jakarta – Tren produksi Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) terus meningkat. Apalagi dalam kuartal I yang lalu, PHE ONWJ berkali-kali sukses memecahkan rekor, misalnya pada 30 Maret 2014 PHE ONWJ meraih puncak produksi harian sebesar 43.900 barel per hari (BOPD), naik dari 38.300 BOPD pada akhir 2013. Tak bertahan lama, secara beruntun pada 9,10, dan 16 Mei 2014 kembali puncak produksi itu terpecahkan oleh rekor baru dengan angka 44.400 BOPD, 46.200 BOPD, dan 46.400 BOPD. “Pencapaian tersebut merupakan rekor produksi tertinggi sejak Blok ONWJ diakuisisi Pertamina dari BP Indonesia pada 2009 dengan produksi rata-rata ketika itu hanya sebatas 22.000-23.000 BOPD saja,” ucap Executive VP/GM PHE ONWJ Jonly Sinulingga dalam suatu perbincangan pada 10/10 yll.
Menurut Jonly hal ini terjadi karena keberhasilan beberapa proyek pengeboran baru yang dilakukan, serta inovasi cerdas yang diciptakan oleh para pekrja PHE ONWJ. Salah satu proyek yang memberikan sumbangan tambahan produksi signifikan adalah pembangunan UL-A tripod platform (anjungan lepas pantai berkaki 3) dan pemasangan pipa bawah laut dengan diameter 12” sepanjang 6,1 km. Dengan selesainya projek ini PHE ONWJ mendapatkan tambahan produksi sebesar 2.200 BOPD sejak Februari 2014 lalu. Selain itu PHE ONWJ juga menerima tambahan produksi sebesar 4.000 BOPD dari pengembangan di Area Echo, yaitu lokasi EJ-9 dan EJ-10 serta berkat berbagai inovasi yang diciptakan untuk mengoptimalkan produksi sumur-sumur di Blok ONWJ.
Lebih lanjut Jonly menambahkan, produksi PHE ONWJ selama ini ditopang oleh tiga pilar utama, yaitu base production, infill drilling, dan new development. “Kami banyak melakukan inovasi-inovasi cerdas di lapangan base karena ini merupakan dasar produksi kami, jadi kalau produksi base ini goyah maka semua akan berpengaruh,” kata Jonly. Salah satu inovasi cemerlang yang dilakukan adalah Intelligence Production Monitoring Optimation System (I-PMOS), yang berguna untuk memantau optimalisasi produksi. Caranya dengan memodifikasi PMOS yang dibeli dipasaran sehingga pemanfaatnnya tidak hanya untuk memonitor instalasi produksi semata, tetapi juga bisa melakukan eksekusi yang dikendalikan jarak jauh. Banyaknya normaly unmanned installation (NUI), yaitu instalasi-instalasi produksi yang tidak ditunggui oleh awak produksi di Blok ONWJ berhubung letaknya yang jauh dari anjungan utama telah menginspirasi terciptanya inovasi ini.
Hanya dengan memasangkan sensor I-PMOS di NUI-NUI yang ada, teknisi PHE ONWJ dapat memantau kinerja sumur secara intensif dan real time. “Jika terjadi gangguan yang menyebabkan tidak optimalnya kinerja sumur, maka dengan segera hal itu akan terpantau di layar monitor. Untuk mengoptimalkannya kembali, operator kami tidak perlu lagi jauh-jauh datang ke lokasi NUI tersebut, mereka hanya tinggal mengeset ulang parameternya dari jarak jauh,” papar Jonly lebih dalam. Inovasi itu bahkan sangat dihargai oleh SKK Migas dan PHE ONWJ sudah diminta untuk sharing ke beberapa KKKS lain yang memiliki masalah serupa sehingga bisa memanfaatkan teknologi hasil kreasi anak negeri.
Wilayah Blok ONWJ mencakup area sekitar 8.300 kilometer persegi yang berlokasi di Lepas Pantai Jawa Barat Utara, melampar di sebelah utara Cirebon sampai ke kawasan Kepulauan Seribu. Aset-aset produksi minyak dan gas bumi yang dioperasikan PHE ONWJ di perairan laut sebelah utara Jawa Barat dan DKI terdiri atas sekitar 670 sumur, 223 anjungan lepas pantai, 4 onshore receiving facilities (ORF), dan sekitar 1.900 km jaringan pipa bawah laut.
Produksi rata-rata harian PHE ONWJ pada semester pertama tahun ini mencapai 40.300 bopd, dengan kata lain target produksi 2014 yang ditetapkan SKK Migas sebesar 39.400 BOPD telah terlampaui. “Peningkatan produksi di Blok ONWJ yang terus meninggi, merupakan bukti ketangguhan PHE ONWJ dalam mengoperasikan blok migas di lepas pantai yang penuh risiko, serta membutuhkan teknologi canggih. Dengan operasi yang aman dan andal, PHE ONWJ berhasil mempertahankan tren peningkatan produksi ditengah natural decline sejak 2009,” imbuh Jonly menunjukkan bukti kinerja sumber daya manusia Pertamina.•DIT.HULU