Ciptakan Intelektual Muda yang Paham Ketahanan Energi

Ciptakan Intelektual Muda yang Paham Ketahanan Energi

Intelektual _MudaSAMARINDA – Dewasa ini, bentuk kepedulian di bidang pendidikan tidak melulu dilakukan secara formal. Berdasarkan hal itulah, Pertamina mengadakan kegiatan Pertamina Goes to Campus (PGTC) 2013 di Auditorium Universitas Mulawarman, Kamis (19/9). Program yang bertajuk “Kaum Muda Intelektual: Menciptakan Ketahanan Energi untuk Negeri” ini, mengajak mahasiswa dan pihak akademisi untuk ikut menyumbangkan pemikiran demi masa depan generasi mendatang.

 

Antusiasme kegiatan ini pun tak pelak disambut positif mahasiswa Universitas Mulawarman. Mereka sangat kritis dalam membahas ketahanan energi nasional yang dipaparkan oleh para pembicara PGTC. Ketiga pembicara pada kegiatan tersebut adalah Pengamat Komunikasi Politik Effendi Gazali, Pengamat Migas Marwan Batubara, dan Officer Government Relations Pertamina Abdul Halim.

 

Menurut Manager Legal & General Affair Refinery Unit V Balikpapan Wiko Taviarto, untuk mencapai ketahanan energi nasional dengan konsep pembangunan berkelanjutan perlu dukungan dari kaum muda intelektual dan dosen-dosen untuk dapat terus berpikir, berjuang, berkreasi dan mendorong agar hal tersebut dapat terlaksana demi masa depan generasi mendatang.

 

Dengan dilaksanakannya program ini, diharapkan masyarakat lebih memahami peran dan fungsi Pertamina.
Di sela-sela kegiatan, Officer NGO Relations Pertamina Oneng Supendah menuturkan, pelaksanaan PGTC ini berdasarkan persoalan-persoalan yang selalu mengemuka di masyarakat dan dibahas dalam bentuk pertukaran informasi, baik dari Pertamina kepada mahasiswa maupun sebaliknya. Ia berharap generasi muda bisa termo­tivasi agar menjadi energi di negerinya sendiri. Selain itu kata dia, supaya ilmu yang mereka dapatkan bisa dimanfaatkan di bumi pertiwi guna membangun kemajuan Indonesia.

 

“Kami berharap ke depan­nya mahasiswa sebagai inte­lektual muda mampu me­ngelola sumber daya alam tanpa campur tangan asing. Sehingga putra putri bangsa dapat dengan bangga mencintai produk tanah air yang dikelola secara mandiri,” harap Oneng Supendah.

 

Hal serupa dikemukakan, Pengamat Komunikasi Politik Effendi Gazali. Program ini sangat penting dalam ilmu komunikasi karena lebih banyak berbicara tentang stakeholder. Ia mengingatkan agar mahasiswa menjadi tulang punggung perubahan dan selalu berada di garis depan perubahan. Jangan disibukkan dengan mengejar hasil IPK. “Bangsa ini membutuhkan kedaulatan energi yang didukung oleh generasi muda bangsa,” ujarnya.

 

Ditemui usai kegiatan, salah seorang mahasiswa Ibrahim mengungkapkan, wawasannya semakin terbuka setelah mengikuti acara PGTC dan menumbuhkan rasa cinta terhadap hasil kekayaan alam Indonesia yang melimpah. “Inilah saatnya bagi anak negeri untuk memanfaatkan apa yang seharusnya diman­faatkan oleh kita,” kata ma­hasiswa jurusan Teknik Informatika ini. (MKN)

Share this post