JAKARTA - Bicara tentang pembangunan Indonesia tidak bisa lepas dari migas. Dan bicara migas, tidak bisa lepas dari peran Pangkalan Brandan, kota minyak yang ada sejak penjajahan Belanda tersebut merupakan denyut nadi awal migas dalam negeri yang kemudian dikenal dunia.
Hal itu diungkapkan Hadi Daryanto, salah satu penulis buku “Dari Pangkalan Brandan Migas Indonesia Mendunia” yang diluncurkan di Ballroom Hotel Sultan Jakarta, Sabtu (30/3). “Lewat buku ini kami ingin mengutarakan, dari Pangkalan Brandan lah migas ini lahir, berkembang, berkontribusi untuk pembangunan bangsa, dan akhirnya mendunia,” kata Hadi Daryanto.
Buku ini ditulis oleh lima alumni Pangkalan Brandan, Ramli Djaafar, Ridwan Nyak Baik, Soedaldjo PA, Hermanses Akuanbatin dan Hadi Daryono. Mereka merupakan insan Pertamina. Tak heran jika peluncuran buku itu pun dihadiri beberapa pejabat Pertamina, seperti Direktur Hulu Muhamad Husen, Presiden Direktur dan CEO PT. Badak NGL Nanang Untung, Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir, dan lain-lain. Selain itu hadir juga Ponco Sutowo, salah satu putera founding father migas Indonesia, Ibnu Sutowo.
Hadi berharap pembaca khususnya generasi muda bisa menangkap esensi makna dari sejarah Pangkalan Brandan, baik roh nya, nilai-nilai, dan semangat juang yang bisa dijadikan bekal untuk menghadapi masalah kekinian.
Peran Pangkalan Brandan yang menjadi kota minyak sejak zaman penjajahan Belanda ditutup Pertamina pada tahun 2006, karena faktor keekonomian. Hadi memaparkan, penutupan kilang minyak Pangkalan Brandan awalnya sulit.Namun akhirnya kehidupan masyarakat kembali menggeliat. Menurutnya, Pangkalan Brandan menjadi kota minyak tertua di Indonesia dan nomor dua tertua di dunia setelah Amerika Serikat, yang ditemukan pada 1883.
Terkait dengan perjalanan migas dulu dan kini, Hadi berkomentar dinamika memang tidak bisa dihindari, dan pastinya ada pasang surut namun semuanya harus dihadapi dengan baik.
“Ini menjadi tantangan semua pihak pemangku jabatan untuk kembali meningkatkan komitmennya memacu kemajuan migas ke depan agar bisa memenuhi amanah UUD 1945, memanfaatkan dan menggunakan migas untuk sebesar-besar kebutuhan rakyat,” ungkap Direktur Umum Pertamina di era 90-an itu. (SHA)