JAKARTA – Sebagai salah satu upaya mengamankan cadangan energi nasional di daerah perbatasan, Fungsi Development & Technology Direktorat Hulu PT Pertamina (Persero) menyelenggarakan Workshop pemanfaatan Gas di Kalimantan Utara (Kaltara) dan Kalimantan Timur (Kaltim) yang diikuti oleh para pejabat setingkat SVP, VP, dan Manager di lingkungan Direktorat Hulu, Pengolahaan, Gas, Energi Baru dan Terbarukan (GEBT), Keuangan, Pemasaran, maupun jajaran manajemen anak perusahaan Direktorat Hulu, pada Rabu (27/7), di Ruang Pertamax, lantai 21 Kantor Pusat Pertamina.
Acara yang dibuka oleh Senior Vice President Development & Technology Amran Anwar dan pengarahan dari Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam ini, dilaksanakan sebagai bentuk koordinasi antar Direktorat Pertamina serta anak perusahaan Hulu untuk bersinergi dalam upaya monetisasi cadangan gas yang ada di Kaltara dan Kaltim yang menurut hasil study memiliki potensi migas lebih dari 10 BBOE (Billion Barrel Oil Equivalent).
Dalam pengarahannya, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam berharap, workshop yang diisi dengan berbagai presentasi dari jajaran pejabat setingkat SVP, VP, dan Manager mengenai potensi gas di Kalimantan ini, dapat menciptakan solusi yang berkonteks korporasi dan terintegrasi antar Direktorat terkait agar dapat dimanfaatkan secara maksimal penemuan-penemuan gas di Kaltara dan Kaltim tersebut.
“Ini kan kecil-kecil. Jadi kalau kita monetize structure by structure, barangkali memang sulit. Tapi adanya pemikiran mengenai Kaltara & Kaltim ini, saya kira memang kita harus melihat potensi ini secara lebih luas, sehingga kalau ada stranded gasses yang size-nya tidak terlalu besar tapi itu bisa dikumpulkan dalam suatu cluster, saya kira potensi itu bisa digarap,” kata Syamsu Alam.
Sementara SVP Development & Technology Pertamina Amran Anwar menjelaskan, selain merupakan bentuk koordinasi, workshop ini juga diselenggarakan sebagai upaya memberikan kepastian mengenai pembeli gas Kaltara, yang menurutnya belum dimanfaatkan secara baik di internal Pertamina.
“Terus terang, gas di Kaltara ini adalah suatu mutiara hitam yang sampai saat ini belum termonetisasi dengan baik,” kata Amran.
Amran mengungkapkan, pihaknya telah berkomunikasi dengan Kementrian ESDM mengenai potensi gas Kaltara tersebut, agar dapat tersalurkan dengan baik. Dirinya berharap melalui koordinasi ini, sinergi antar masing-masing Direktorat dapat diperkuat lagi.
“Harapannya ada satu agreement yang lebih kuat lagi antara internal Pertamina, antara Hulu dengan GEBT, antara Hulu dengan Pengolahan, atau Hulu dengan Pemasaran, sehingga kami sangat mengutamakan kepentingan Pertamina lebih awal,” ucap Amran.
Melalui koordinasi dan upaya sinergi ini, diharapkan monetisasi gas di Kaltara dan Kaltim dapat segera terlaksana dengan lebih efektif dan efisien. Sehingga, diharapkan juga mampu mempercepat return of investment yang telah dilakukan Pertamina di Kaltara dan Kaltim. Di sisi lain, upaya monetisasi juga diharapkan dapat menjaga cadangan energi nasional berupa gas, serta meningkatkan perekonomian di daerah perbatasan Indonesia – Malaysia tersebut.•Starfy