Direktur Manajemen Risiko Pertamina, Ahmad Siddik Badruddin memberikan arahan pada “Rapat Koordinasi Direktorat Manajemen Risiko Pertamina Group” yang diselenggarakan di Grha Pertamina, Jakarta, Selasa (20/2/2023).

Direktur Manajemen Risiko : Perkuat Risk Management sebagai Key Enabler Pertumbuhan Bisnis Pertamina Group

JAKARTA - Di tengah dinamika tantangan global dan bisnis yang terus berkembang, penerapan manajemen risiko dalam setiap proses bisnis, baik secara operasional maupun pengambilan keputusan strategis menjadi sangat penting untuk dilakukan perusahaan.

Begitu halnya bagi Pertamina. Perusahaan berkomitmen untuk terus memperkuat peran Fungsi Direktorat Manajemen Risiko sebagai enabler dalam mewujudkan target bisnis Pertamina Group ke depan.

Hal tersebut disampaikan Direktur Manajemen Risiko Pertamina Ahmad Siddik Badruddin, saat rapat Koordinasi Direktorat Manajemen Risiko, di Executive Lounge, Grha Pertamina, Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024.

Siddik menjelaskan, ada beberapa hal yang menjadi fokus Direktorat Manajemen Risiko Pertamina saat ini, antara lain peningkatan peran risk management sebagai key enabler pertumbuhan bisnis, serta eksekusi risk management strategy untuk existing project guna mencegah atau mengurangi adanya potensi kerugian.

Salah satu upayanya, melalui cut loss policy. “Cut loss policy ini akan memberikan payung protection untuk kita mengkaji suatu masalah. Apa lesson learn dari proyek bermasalah tersebut, supaya nanti kalau kita ada proyek baru tidak mengulangi lagi masalah yang sama,” terang Siddik.

Selain itu, lanjutnya, Pertamina juga akan membentuk struktur organisasi Direktorat Manajemen Risiko, baik di Holding, Subholding maupun Anak Perusahaan yang optimal dan berperan sebagai strategic business partner berbasis best practice Governance, Risk Management, Compliance (GRC).

Masih menurut Siddik, fokus lain yang menjadi perhatian perusahaan adalah terkait project risk management process, baik dari sisi operasional, maupun data base proyek-proyek di Pertamina yang didukung oleh teknologi terkini. Sehingga Pertamina dapat melihat sejauh mana perkembangan proyek tersebut setiap bulan, termasuk terkait dengan aspek Health, Safety, Security & Environment (HSSE).

“Menurut saya, kalau kita bisa mengurangi postur dari risiko operasional, many of the incident ataupun kegagalan ataupun project delay bisa dikurangi. Risk management system, ini kita harus karena kita organisaai yang sangat besar, sangat kompleks. Semuanya kita harus pakai teknologi, gak bisa lagi manual, sebanyak mungkin kita menggunakan system,” imbuhnya.

Untuk itu, Siddik berharap dukungan dan kolaborasi seluruh Pertamina Group dalam mengimplementasikan hal ini. “Ini merupakan fokus kita bersama, tapi mesti dilakukan secara bertahap. Jadi kita akan bentuk within integrated risk committee. Dimana ketuanya saya, dan anggotanya para Direktur Risk di Subholding dan anak perusahaan untuk kita berdiskusi risk management topics,” pungkas Siddik.*STK

Share this post