JAKARTA– Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan menilai tantangan terbesar bakal dihadapi Pertamina pada 2025 mendatang. Lantaran menurutnya, Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) dan Revenue akan meningkat 5 persen. “Tentunya masing-masing Direktorat akan mengejar ke arah sana,” kata Karen Agustiawan di hadapan peserta Good Corporate Governance (GCG), di Hotel Borobudur, Jumat (27/6).
Meski begitu, Karen mengingatkan kembali kepada seluruh jajaran direksi Pertamina, bahwa seluruh proyek harus mengikuti kaidah komersial yang sudah ditetapkan oleh Persero. “Ini perlu disadari oleh seluruh jajaran Pertamina. Kami sudah menyadari, yang namanya jantung perusahaan adalah cash flow. Jadi tidak ada proyek-proyek yang bertahun-tahun tidak menghasilkan return,” jelasnya.
Ia menyadari, sebagai pelaku bisnis terkadang sulit mengambil keputusan terutama di pucuk pimpinan. Akan tetapi, hal itu dapat teratasi bila sesuai dengan koridor yang ditetapkan. “Memang kita harus berani mengambil keputusan asal di koridor komersial yang ditetapkan Pertamina dan dengan tata nilai 6C. Kalau kita berada di koridor itu, maka dijamin aman semua keputusan,” terangnya.
Menanggapi hal itu, Direktur Perencanaan Investasi & Manajemen Resiko Perusahaan Pertamina, Afdal Bahaudin, mengatakan struktur pengambilan keputusan harus dijaga secara berkelanjutan agar berjalan dengan tepat. “Jangan sampai keputusan ditentukan dengan waktu yang sempit,” pungkasnya.
Sementara, menurut mantan komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi, Chandra Hamzah, untuk menjalankan GCG yang benar harus berdasarkan Standard Operating Procedures (SOP) dan jobdesk masing-masing pekerja. “Sehingga bisa dibandingkan dalam koridor atau tidak. Artinya harus sesuai jobdesk tidak boleh lebih atau kurang. Tidak boleh melebihi kewenangan. Jadi kalau bagian keuangan jangan ikut campur dengan produksi,” pungkasnya.
Lebih lanjut, agar terhindar dari dugaan negatif maka menurut Chandra setiap pertemuan harus dilakukan secara resmi. “Jadi tidak ada informal meeting sesama pemangku kepentingan. Selanjutnya jangan terima apa pun. Begitu juga, semua harus tercatat dan terdokumentasi,” kata dia.
Gelaran yang bertajuk ‘Contextualizing Clean Values’ ini juga memberikan pemahaman kepada seluruh pimpinan Pertamina yang bertujuan sebagai role model perusahaan. Karena itu, Evita M Tagor selaku Direktur Sumber Daya Manusia Pertamina, menambahkan, tanggung jawab seorang pemimpin di antaranya harus mampu mendorong, memotivasi dan menginspirasi tim untuk meningkatkan kinerja bisnis. “Tentunya dengan tetap menghidupkan tata nilai perusahaan dalam perilaku kita sehari-hari,” ujar Evita.•EGHA