Jakarta – “Saya berharap industri di sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menjadi industri yang akan sangat kompetitif. Industri yang akan bangga dengan output-nya itu lebih lama lebih baik, tetapi harganya lebih kompetitif.”
Hal tersebut dikatakan oleh Menteri Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ketika berbicara di depan peserta forum Diskusi Akhir Tahun EBTKE berjudul “Kinerja 2016 dan Outlook 2017”. Diskusi berlangsung di Royal Kuningan Hotel, Rabu (21/12).
Diskusi merupakan kerja sama Kementerian ESDM, Tempo Media Group dan Pertamina. Hadir dalam diskusi tersebut Menteri ESDM Ignasius Jonan, Dirjen EBTKE Rida Mulyana, Pemimpin Redaksi Tempo Media Group Wahyu Muryadi, Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani, dan lain-lain.
Hal tersebut dikatakan olehnya setelah membandingkan industri otomotif, indutri migas, termasuk industri energi baru terbarukan dan konservasi energi. Ia melihat bahwa industri EBTKE belumlah efisien, sehingga harga jualnya menjadi mahal. Jonan menegaskan bahwa pemerintah selalu mendukung adanya bauran energi, mendukung pengembangan renewable energy, dan mendukung harga energi yang lebih murah.
Dalam sesi diskusi, tampil Dirjen EBTKE Rida Mulyana, Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani, Kepala Divisi Energi Baru Terbarukan PT PLN Syah Darwin Siregar dan staf pengajar Fakultas Ekonomika & Bisnis UGM Fahmi Radhi. Diskusi dimoderatori Tommi Ariyanto (dari Tempo).
Yenni Andayani ketika tampil berbicara mengakui, dalam dua tahun terakhir ini, sejak pembentukan Direktorat Gas Pertamina, masih diperlukan upaya yang lebih keras lagi untuk mencapai target. Yenni menjelaskan, saat ini Direktorat Gas hanya mengurusi energi terbarukan yang berkaitan dengan kelistrikan, tidak lagi menangani energi terbarukan non-kelistrikan sebagai substitusi fuel.
Yenni menyadari bisnis energi baru terbarukan belum maksimal berkembang, karena berbagai halangan, jika terus dibandingkan dengan fosil fuel. “Dalam konsep Pertamina, kalau kita berbicara renewable energy, itu harus kita gabungkan dengan gas atau dengan LNG. Sehingga portofolionya, harga jual kelistrikannya pun diharapkan akan bisa lebih rendah, karena harga jual gas itu lebih rendah dari harga jual energi baru terbarukan. Jika dikombinasikan, penjualan kelistrikannya pun akan lebih menarik,” tegas Yenni.
Yenni memberikan contoh apa yang dilakukan Pertamina bekerja sama dengan BUM Desa Indonesia, untuk mengembangkan listrik di Lampung, berbasiskan hybrid, gas dan LNG.•URIP