BOGOR – Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardad menyatakan, pentingnya upaya program efisiensi dan optimasi dengan menekan losses di beberapa kilang existing Pertamina. Hal tersebut dinilai untuk mengisi gap kekurangan pasokan BBM nasional.
Rachmad mengungkapkan, pasokan BBM yang mampu diproduksi Pertamina hanya 6 juta barel, sementara kebutuhan konsumen dalam satu bulan sebanyak 16 juta barel. Dengan begitu, ada sekitar 10 juta barel yang harus diimpor dari luar negeri. Untuk menutup gap tersebut, Direktorat Pengolahan membuat beberapa program Refining Development Masterplan Program (RDMP) untuk lima tahun ke depan.
“Gap yang ada itu akan ditutup dengan membangun kilang-kilang RDMP. Namun sebelum kilang RDMP selesai dibangun, maka beberapa kilang existing Pertamina harus dioperasikan secara efisien serta dilakukan sinergi dengan investasi minor di bawah Rp50 miliar. Harus dilakukan pengendalian secara terus menerus sehingga hasilnya sesuai yang diinginkan,” papar Rachmad pada workshop Refining Now and Future, di Bogor, Jumat (23/1).
Lebih lanjut, Rachmad memaparkan, investasi program RDMP akan bekerja sama dengan partner potensial, serta mendorong pengembangan kilang grass root pemerintah atau swasta. Menurutnya, proyek RDMP Pertamina bertujuan untuk mentransformasikan sektor energi Indonesia menuju pengolahan minyak mentah yang lebih sour dengan kompleksitas konversi yang lebih tinggi. Dengan begitu produksi bahan bakar yang dihasilkan akan naik sekitar 2,5 kali lipat dari 620.000 bph, saat ini menjadi 1,52 juta bph dengan produk utama gasoline dan diesel. Produk-produk tersebut akan memiliki kualitas tinggi, juga comply terhadap standard Euro IV.
Selain itu, VP Strategic Planning, Business Development & Operation Risk Direktorat Pengolahan, Achmad Fathoni Mahmud, meyakini, lima kilang RDMP yang berlokasi di RU II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, dan RU VI Balongan memiliki daya saing tinggi di kawasan Asia Pasifik.
Program RDMP juga akan mengejawantahkan bisnis pengolahan Pertamina dengan perbaikan lima kilang utama melalui peningkatan kapasitas dan kompleksitas kilang serta kualitas produk yang dihasilkan. “RDMP ditujukan kepada stakeholder untuk memberikan pemahaman dan memastikan kilang Pertamina mampu bertahan agar bisa bersaing secara global,” jelas Achmad.
Penandatanganan nota kesepahaman proyek RDMP dengan tiga mitra, yakni Saudi Aramco, Sinopec, dan JX Nippon, telah dilakukan 10 Desember 2014. Jika proyek tersebut selesai, memungkinkan perusahaan dapat mengolah minyak mentah yang memiliki kandungan sulfur tinggi. Selain itu RDMP akan mendongkrak kapasitas pengolahan minyak mentah dari posisi saat ini sekitar 20.000 barel per hari (bph) menjadi 1,68 juta bph atau dua kali lipat.•MEGHA