Dua Kapal Eco-Ship Pertamina Diserahterimakan

Dua Kapal Eco-Ship Pertamina Diserahterimakan

X -01-SERUIPT Pertamina (Persero) kembali menambah armada kapal tanker milik dengan diserahterimakannya dua kapal berkonsep Eco-Ship, yaitu MT Sanana dan MT Serui masing-masing berbobot mati 40.000 long ton dead weight (LTDW) dengan nilai investasi sekitar US$62 juta.

 

JAKARTA– Kedua kapal yang merupakan sister ship dari MT Sanggau yang telah di­serahterimakan pada Januari lalu tersebut juga akan di­gu­nakan untuk mengangkut mi­nyak mentah ke kilang-kilang Pertamina. Serah terima kapal dilakukan oleh New Times Ship­building kepada Pertamina yang diterima secara simbolik oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan disaksikan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, pada (27/3).

 

MT Sanana, MT Serui, dan MT Sanggau yang diambil dari nama-nama Terminal BBM Per­tamina di Maluku, Papua, dan Kalimantan Barat tersebut dibangun oleh New Times Ship­building Co. Ltd, yang berlokasi di Jingjiang, Provinsi Jiangsu, China. Kehadiran MT Sanana dan MT Serui menjadikan jumlah armada milik Pertamina kini men­capai 68 dari total 273 kapal pengangkut energi yang dioperasikan Pertamina untuk menjamin ketahanan energi nasional.

 

MT Sanana dan MT Serui berlayar menuju pelabuhan di Indonesia pada akhir Maret dan diperkirakan akan mulai beroperasi pada akhir April 2016, atau lebih cepat lima pekan dari target semula. Kapal dengan investasi ma­sing-masing US$31 juta tersebut mampu mengangkut minyak mentah maksimal 315.000 barel atau jauh lebih besar dibandingkan dengan kapal regular dengan bobot sama yang hanya sanggup mengangkut sekitar 200.000 barel.

 

“Dengan konsep Eco-Ship, dari sisi daya ang­kut sangat terlihat jauh berbeda dan jelas akan sangat menguntungkan bagi Pertamina dalam kon­teks mencapai efisiensi. Pe­nambahan kapal milik me­rupakan langkah tero­bosan Pertamina dalam me­ningkatkan efisiensi biaya transportasi minyak mentah sehingga produk akhir Per­tamina dapat memiliki daya saing yang tinggi, di mana total biaya transportasi men­jadi pertaruhan Pertamina da­lam persaingan bisnis hilir migas,” kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto.

 

Dengan konsep Eco Ship berarti kapal tersebut dapat beroperasi secara efektif dan efisien dan environmental friendly. Kapal berkonsep Eco-Ship dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang ramah lingkungan seperti Ballast Water Treatment, Oil Discharge Monitoring, serta emisi gas buang mesin penggerak kapal yang sudah mengikuti persyaratan International Maritime Organization (IMO) Tier II.

 

Pada sistem propulsi, mesin penggerak kapal ini menggunakan teknologi electronic fuel injection dan dilengkapi variable waktu pada sistem gas buang mesin. Penerapan teknologi ini termasuk baru untuk penggunaan di mesin kapal, selain juga penggunaan pre-shrouded vane (PSV) dan rudder bulb pada bagian baling-baling kapal yang memungkinkan konsumsi bahan bakar kapal lebih efisien sekitar 5-7%.

 

“Selain ramah lingkungan, kapal-kapal Eco-Ship ini juga mengutamakan faktor safety dan diharapkan menjadi role mo­del bagi perusahaan pelayaran khususnya yang beroperasi di Indonesia untuk selalu bisa memberikan kontribusi positif kepada negara tidak hanya pada faktor ekonomi namun juga dari sisi operasional dan lingkungan hidup,” papar Dwi Soetjipto.

 

Sementara itu, sebagai wujud kepatuhan Pertamina terhadap azas cabotage dalam semangat memberdayakan bisnis maritim dalam negeri, seluruh awak kapal yang mengoperasikan armada kapal milik Pertamina adalah para pelaut terbaik Indonesia.

 

Hingga akhir 2016, Pertamina direncanakan akan memiliki 72 unit kapal yang berstatus milik. Sebanyak 34 unit kapal atau 47% merupakan kapal yang diproduksi oleh galangan kapal nasional, di mana 30 unit di antaranya telah beroperasi dan 4 unit masih dalam tahap konstruksi.

 

“Pertamina melalui rencana jangka panjang Penguatan Armada Milik berkomitmen tinggi untuk mengedepankan kerjasama dengan mitra nasional sebagai pembangun kapal yang dibutuhkan perusahaan. Pertamina bertekad untuk maju bersama industri nasional lain di Indonesia. Pertamina selalu menjadi pemesan kapal terbesar pertama di setiap galangan nasional. Bahkan pemesanan oleh Pertamina menjadi portfolio yang terpercaya bagi galangan kapal untuk bisa meraih pesanan dari perusahaan lain,” tegas Dwi.

 

Menteri BUMN Rini Soemarno mengapresiasi langkah strategis Pertamina untuk melakukan optimalisasi pemanfaatan kapal-kapal milik yang dipercaya dapat meningkatkan efisiensi pendistribusian minyak dan produk minyak Pertamina. Me­nurutnya, langkah tersebut sangat relevan dengan semakin terbukanya kompetisi yang menuntut Pertamina harus lebih efisien dan kompetitif.

 

Rini menegaskan, dengan pengalaman luasnya, Pertamina juga dapat menjadi role model bagi industri perkapalan di Tanah Air dan dapat melakukan transfer knowledge dari pe­nga­lamannya bermitra dengan perusahaan global di sektor perkapalan kepada perusahaan galangan kapal dalam negeri.

 

“Seperti kita tahu, baru PT PAL yang memiliki kemampuan membuat kapal dengan ukuran 30.000 LTDW. Di sisi lain, untuk keperluan efisiensi distribusi minyak dan produk di dalam negeri serta ekspansi internasional, Pertamina memerlukan kapal-kapal berukuran besar yang belum dapat dibangun di galangan kapal nasional sehingga Pertamina harus bermitra dengan perusahaan-perusahaan global. Secara bertahap nanti, galangan kapal harus dapat meningkatkan kemampuannya sehingga mampu memenuhi seluruh kebutuhan Pertamina,”harap Rini•RILIS

Share this post