JAKARTA - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mengatakan pemerintah terus menggenjot pembangunan di wilayah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) selama lima tahun terakhir.
Dari 122 daerah tertinggal pada tahun 2015, tersisa 62 daerah tertinggal pada tahun 2020 lalu. Berdasarkan data indeks ketertinggalannya, diproyesikan pada tahun 2024 sebanyak 32 daerah tertinggal dapat dientaskan.
Dalam Rapat Pemantauan dan Evaluasi Program Kegiatan Percepatan Daerah Tertiggal, Kemenko Pembagunan Manusia dan Kebudayaan menyebutkan, untuk mengentaskan daerah tertinggal diperlukan kesadaran masyarakat dalam membangun daerah asalnya. Selain berpotensi pada penurunan persentase penduduk miskin, pengentasan daerah tertinggal juga berpotensi mengakselerasi capaian angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Rektor Universitas Pertamina, Prof. Ir. I Gusti Nyoman Wiratmaja puja, Ph.D, menekankan Universitas Pertamina (UP) membuka akses bagi siswa siswi wilayah 3T untuk menikmati pendidikan tinggi. "Sebagai kampus energi, kami menyadari pentingnya membangun kemandirian energi bangsa hingga ke pelosok. Untuk itu, diperlukan sumber daya manusia berkualitas, terutama putra-putri daerah yang akan membangun tanah kelahirannya. Mendukung inklusi dan diversiti, kami wujudkan melalui Beasiswa Ujung Negeri," ujarnya.
Angel Naomi Nombala, salah satu mahasiswa baru asal Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengungkapkan rasa syukurnya bisa berkuliah di Program Studi Teknik Elektro Universitas Pertamina. Keterbatasan ekonomi keluarganya, terpecahkan melalui Beasiswa Ujung Negeri. Beasiswa ini diberikan Universitas Pertamina kepada putra-putri terbaik dari daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal).
“Ditengah berbagai keterbatasan yang saya miliki, saya selalu berusaha untuk mendapatkan pendidikan berkualitas agar dapat kembali dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah asal saya. Semangat ini juga saya sebarkan kepada teman-teman seusia saya yang belum menyadari pentingnya pendidikan tinggi,” tutur Angel.
Bagi Angel dan sebagian besar teman-temannya, melanjutkan pendidikan tinggi seperti sebuah fatamorgana. “Fasilitas pembelajaran di daerah kami seperti akses listrik dan jaringan internet masih sangat terbatas. Ditambah, kehadiran badai Seroja tahun ini merusak ribuan gedung sekolah serta infrastruktur pendidikan lainnya,” kisah Angel.
Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2020, angka IPM di daerah NTT hanya menyentuh 65,19. Angka ini jauh tertinggal dari angka nasional Indonesia yang berada di level 71,94. Peningkatan angka Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), berpotensi meningkatkan angka IPM.
Angel melanjutkan, semangatnya untuk membangun daerah asal semakin terpacu ketika ia mengikuti serangkaian acara Pekan Orientasi dan Pengenalan Mahasiswa Baru Universitas Pertamina (POP-UP). Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 20 hingga 24 September 2021 tersebut mengusung tema ‘Keep Growing Even in Turbulence’.
Hadir memberikan motivasi kepada para mahasiswa baru dalam rangkaian acara POP-UP Direktur Utama PT Elnusa Tbk, Ir. Ali Mundakir DipI.Eng., M.Eng.; Ketua PPI Dunia, Faruq Ibnu Haqi, M.RgnIUrbPlan; dan CEO PT Paragon Technology dan Innovation, Salman Subakat.
Ketiga narasumber menekankan pentingnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus ditaklukan. Selain itu, sebagai aset terbesar bangsa Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, para mahasiswa juga harus membentuk karakter diri yang baik.*UP