YOGYAKARTA - Era digital seperti saat ini ikut mempengaruhi bisnis hulu migas. Pertamina sebagai perusahaan energi sudah mulai bertransformasi mengikuti era perkembangan zaman melalui Upstream Research Center dan Upstream Research and Technology Center. Hal tersebut dikupas tuntas dalam Drilling and Workover Technology Forum (DWTF) 2018 di Yogyakarta, (24/4/2018).
Diskusi mengenai tema tersebut menghadirkan narasumber dari berbagai background, yaitu SVP Upstream Research and Technology Center Herutama Trikoranto, VP Upstream Technical Center (UTC) Sri Budiyani, Direktur Utama PT PDSI Budhi Pangaribuan, President Director Baker Huges a GE Company Iwan Chandra, Richard Saudale Richard Senior Global Advisor for Digital Technology, dan President Director Schlumberger Indonesia Rony Hendrawan.
Menurut Sri Budiyani, Pertamina UTC khususnya bagian fungsi Drilling sudah mengadopsi tantangan digitalisasi sejak tahun 2015. "Sudah banyak tantangan yang berhasil dicapai, misalnya Drilling Mobile Apps yang merupakan aplikasi untuk melakukan kalkulasi dan simulasi rumus untuk pengeboran dan Padsim atau Pertamina Aerated Drilling System yaitu software untuk melakukan simulasi hidrolika pada pada sumur geothermal. Ada juga PDES atau Pertamina Drilling Expert System yaitu software untuk melakukam design pengeboran serta Dreamwell Drilling Database yaitu sistem pelaporan yang berbasis online untuk mensupport pelaporan operasi pengeboran,” jelas Sri.
Sementara itu, Herutama menyampaikan, teknologi di bidang energi sangat cepat. Dalam kondisi VUCA seperti saat ini, digitalisasi menjadi salah satu solusi dapat mengatasi hal tersebut. “Digitalisasi yang dimaksud dalam hal ini yaitu koneksi tools dengan people semakin intens. Hubungan people dengan tools dapat diakses dimana saja secara real time,” ujarnya.
Menurutnya, dengan adanya interconnected poeople dan peralatan, semua data dapat terintegrasikan dalam suatu big data sehingga bisa dilakukan analisis yang akhirnya dapat memberikan masukan pada sebuah keputusan strategis agar ke depannya lebih cepat dan akurat.
"Terdapat empat tahapan akselerasi menuju transformasi digital Pertamina. Yaitu fokus pada tema utama transformasi digital secara holistik, fleksibilitas advanced solution, user-push untuk aplikasi general, dan kemitraan," imbuh Herutama.
Senada dengan hal tersebut, Budhi Pangaribuan menambahkan, perusahaan juga harus melakukan digitalisasi untuk kepentingan customer. “Kita harus fokus ke people dengan cara meningkatkan kompetensi, asset integrity, realiable technology and process. Proses digitalisasi membuat koneksi antara lapangan dan office berjalan lebih harmonis,” ujar Budhi.
President Director Schlumberger Indonesia Rony Hendrawan mengakui, peran Pertamina sangat besar untuk indonesia. “Indonesia tanpa migas bukanlah pilihan, karena akan kehilangan devisa besar. Saya sangat setuju dengan istilah kemitraan. Saya menyebutnya kolaborasi. Kita dapat belajar dari pixar atau apple yang di zaman digital seperti saat ini kita harus berani berkolaborasi,” tukasnya.
Acara ditutup dengan tanya jawab yang menambah antusias para peserta untuk berdiskusi lebih dalam. Dalam sesi ini disimpulkan bahwa digitalisasi adalah suatu keniscayaan. Dengan perkembangan tersebut seharusnya bukan menjadi tantangan melainkan peluang bagi perusahaan agar efisiensi dapat dimaksimalkan. *INDAH/