BALIKPAPAN - Kegiatan eksplorasi merupakan langkah awal pencarian minyak dan gas bumi (migas) yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh sejauh mana pemahaman para ahli kebumian (geoscientist) terhadap kondisi, tatanan geologi, dan distribusi batuan sedimen di bawah permukaan tanah. Sebab, migas yang dicari secara alami berakumulasi dalam bebatuan yang disebut reservoir dan saat sekarang berada di kedalaman tertentu dari permukaan kulit bumi.
Menyikapi hal tersebut, fungsi Eksplorasi Hulu PT Pertamina (Persero) menggelar forum “Sharing Knowledge Play Delta and Field Trip di Blok Mahakam”. Acara yang dilaksanakan pada 26 Februari hingga 2 Maret 2018 lalu, di Balikpapan dan Samarinda, itu melibatkan para geosceientist jajaran Direktorat Hulu, terutama dari fungsi Eksplorasi, Upstream Business Development (UBD), dan Upstream Technology Center (UTC), berikut utusan anak perusahaan rumpun bisnis hulu Pertamina (APH), yakni PT Pertamina EP (PEP), PT Pertamina Hulu Energi (PHE), dan PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM).
Menurut Senior Vice President (SVP) Exploration, RP Yudantoro kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mendapat gambaran dari para geoscientist jajaran PHM yang banyak pengalaman dalam melakukan eksplorasi dan mengelola lapangan migas, dengan reservoir batuan sedimen yang diendapkan dalam lingkungan delta. Tujuannya, supaya para peserta terutama para ahli kebumian PHM dapat berbagi pengalaman dalam mengelola lapangan migas dengan karakter reservoir endapan sistem delta. “Saya berharap, apa yang telah dilakukan oleh para ahli geoscience di PHM menjadi referensi bagi jajaran APH lain yang memiliki lapangan dengan kondisi reservoirnya berupa suatu sistem delta, khususnya PHE Nunukan, PHE Simenggaris, dan PEP Bunyu,” ucap Yudantoro ketika memberikan arahan kepada peserta (26/2/2018).
Dalam sesi diskusi, peserta berkesempatan melihat langsung contoh batu inti (core) hasil pengeboran yang diambil pada kedalaman 4030 – 4005 m, berupa sekuen batuan reservoir system delta, berumur Miosen. Ciri-ciri dan kenampakan fisik reservoir dimaksud, di atas permukaan terdapat pada singkapan batuan (outcrop) di sekitar daerah Samarinda, Kalimantan Timur. Oleh karena itu, selain pemaparan materi yang dilakukan oleh geoscientist PHM, para peserta juga melaksanakan kegiatan field trip ke daerah Samarinda. Kegiatan ini sangat menarik karena batuan yang dilihat dipermukaan merupakan representasi batuan reservoir, di mana cadangan migas berakumulasi dan saat ini menjadi lapangan-lapangan yang dikelola oleh PHM.
”Peserta dapat menganalisis perkembangan batuan tersebut, baik secara vertikal maupun lateral. Hal ini, penting untuk memahami karakter dan dimensi dari reservoir di mana migas terakumulasi yang posisinya saat ini berada pada kedalaman ribuan meter di bawah permukaan,” kata Nusatriyo Guritno Mardanus, salah seorang mentor dalam field trip tersebut.•DIT. HULU