JAKARTA - Mulai besok PT. Nusantara Regas melakukan uji coba mengalirkan gas dari terminal terapung penerima dan regasifikasi (FSRU/floating storage and regasification unit) Teluk Jakarta ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang. "Kita akan mulai commissioning yakni pelaksanaan pengiriman gas melalui pipa. Jumlahnya sekitar 60 mmscfd, karena masih uji coba sehingga bisa naik turun. Diharapkan secara teknis akhir Mei atau awal Juni kita siap alirkan dengan kapasitas penuh sampai 220 mmscfd,"ujar President Director Nusantara Regas Hendra Jaya, saat diwawancara Media Pertamina, Rabu (9/5).
Jarak dari FSRU ke PLTGU Muara Karang, kata Hendra sekitar 15 kilometer. Gas dialirkan melalui pipa yang dibangun oleh Nusantara Regas. "Kami investasi hanya untuk pipa dan receiving fasilitas. Sedangkan untuk kapal atau FSRU, kami sewa dari Golar LNG Energy Limited," jelasnya. Investasi untuk pembangunan pipa dan fasilitas penerima sekitar 50 juta dolar AS. Sedangkan sewa kapal FSRU selama 11 tahun mencapai nilai 500 juta dolar AS.
Hendra menambahkan proses mengalirkan gas ke PLTGU memerlukan beberapa tahapan. Sejak kapal FSRU merapat setelah berlayar dari Jurong, Singapura harus melalui proses pendingan terlebih dahulu selama beberapa hari untuk memastikan segala peralatan aman dan berfungsi optimal. "Setelah itu proses transfer LNG ke FSRU dari kapal Aquarius atau ship to ship yang sudah kami lakukan pekan lalu dan proses mengalirkannya ke PLTGU,"ujarnya.
Pekan lalu pelaksanaan proses ship to ship dipantau langsung oleh Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto, President Director Nusantara Regas Hendra Jaya, serta Dirjen Migas Evita Legowo. Sistem transfer LNG dilakukan dengan sistem open sea, dimana tantangannya sangat besar. "Kita mencatat sejarah dimana kita bisa melakukan ship to ship di lautan terbuka yang jarang dilakukan. Dan jika berhasil ini akan menjadi FSRU pertama di Indonesia bahkan pertama di Asia Tenggara," ujar Direktur Gas Hari Karyuliarto.
Sementara itu Dirjen Migas Evita Legowo berharap adanya infrastruktur gas ini, maka LNG bisa dipasok untuk memenuhi kebutuhan domestik. "Harganya masih sedikit tinggi dari gas pipa, tetapi masih lebih rendah dari BBM, ini dapat memenuhi kebutuhan listrik dan industri," ujarnya.
Secara matematis jika asusmsi disparitas harga konsumsi BBM dan gas sebesar 9 dolar Amerika, maka penghematan satu bulan dengan rata- rata konsumsi perhari sekitar 210 mmscfd mencapai 56 juta dolar AS. "Setidaknya dalam setahun negara bisa menghemat hingga 700 juta dolar AS. Ini sudah jelas hitungannya," papar Hendra.
FSRU Regas Satu ini dioperasikan PT Nusantara Regas, perusahaan patungan antara Pertamina dan PGN. Pasokan gas alam cair FRSU berasal dari Kilang Bontang sebanyak 11,75 juta ton dengan kontrak selama 11 tahun mulai tahun ini. Guna memaksimalkan FSRU jika sudah berjalan normal, Nusantara Regas juga berencana mencari tambahan dari pasokan domestik dan impor.