Gandeng Perusahaan Asal Oman, Pertamina Garap Proyek GRR Bontang

JAKARTA – Di hari jadi ke-61, PT Pertamina (Persero) menyepakati kerja sama bisnis berupa penandatanganan Framework Agreement Grass Root Refinery (GRR) Bontang dengan Overseas Oil and Gas (OOG), sebuah perusahaan asal Oman.

Dalam penandatanganan ini, kedua perusahaan sepakat untuk membangun sebuah kilang berkapasitas 300.000 barrel/hari dan Petrokimia di Bontang, Kalimantan Timur. 

Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan disaksikan langsung oleh Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, Menteri Energi san Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, dan Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution, di Ruang Mezanine Gedung Utama Kantor Pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Senin (10/12/2018).

Menteri ESDM Ignasius Jonan mengungkapkan, proyek ini tidak hanya sebatas mendongkrak kapasitas produksi minyak, tetapi juga pengembangan bisnis lain yakni petrokimia. "Membangun refinery itu manfaatnya banyak. Satu untuk ketahanan energi, kedua cikal bakal pembangunan (industri) Petrokimia dimasa depan," kata Jonan.

Mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesi (KAI) ini juga berharap proyek besar yang tengah digarap Pertamina ini bisa selesai tepat waktu sesuai dengan aturan yang sudah di sepakati. "Harapan pemerintah, negara dan bangsa bahwa kita juga memiliki industri Petrokimia yang besar," sambungnya.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengapresiasi atas terlaksananya penandatanganan kerjasama tersebut. Namun Nicke tak ingin cepat berpuas diri, menurutnya masih banyak pekerjaan rumah yang dimiliki Pertamina guna memenuhi kebutuhan energi untuk seluruh masyarakat Indonesia.

"Framework agreement untuk Refinery dan Petrochemical di Bontang dengan kapasitas untuk BBM 285 barel per hari, dan poly propylane 450 ini adalah kado ulang tahun untuk Pertamina, setelah sekian lama kita tidak membangun Refinery dan Petrochemical yang akan kita bangun pertama," tandas Nicke. 

Nicke berharap bahwa proses pelaksanaan proyek GRR berjalan sesuai dengan aturan yang sudah disepakati. Seperti tepat waktu, anggaran serta kualitas yang sudah ditetapkan. "Proyek ini sudah tirunggu2 oleh masyarakat indonesi kita akan bergerak berlari dengan zero toleransi, tidak boleh ada keterlambatan," tegasnya.

Seperti diketahui, OOG merupakan badan usaha downstream oil and gas business services asal Muscat, Oman, yang memiliki lingkup bisnis services antara lain memberikan jasa dalam commercial structure (develop), design services dengan tenaga berpengalaman, manajemen konstruksi, manajemen proyek, dukungan operasi dan pemeliharaan, serta solusi teknik dan konstruksi.

Terpilihnya OOG sebagai mitra, setelah melewati mekanisme seleksi mitra untuk GRR Bontang pada Januari 2018 lalu. OOG memenangkan status strategic partner dari beberapa kompetitor lain, untuk menggarap proyek ini bersama Pertamina.

Setelah kerjasama dengan OOG sebagai mitra JV mayoritas di GRR Bontang, Pertamina akan mendapatkan beberapa manfaat diantaranya mengoptimalkan belanja modal untuk melaksanakan ekspansi kilang lainnya dan program-program konstruksi misalnya di Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Tuban. Petamina juga akan melakukan offtake bahan bakar yang diproduksi oleh GRR Bontang untuk kebutuhan dalam negeri, terutama bensin/gasoline, avtur, dan LPG.

Perjanjian kerangka kerja akan berlaku selama 12 bulan, dimana setelah dilakukan perjanjian kerangka kerja akan dilanjutkan dengan Bankable Feasibility Study, kemudian Studi Keenjiniringan lanjut proyek kilang yang rencananya berlokasi dekat Kilang Badak LNG.•STK/ft. TA

Share this post