Ganti Cara Kelola Air Terproduksi Operasi Pertamina di Algeria Raih Efisiensi USD 10 juta

Ganti Cara Kelola Air Terproduksi Operasi Pertamina di Algeria Raih Efisiensi USD 10 juta

Hulu _TransJakarta – Setelah menyelesaikan proses akuisisi ConocoPhillips Algeria Ltd (COPAL) yang memiliki asset di Blok 405a Algeria dari ConocoPhillips pada November 2013 lalu, kini dibawah bendera Pertamina, COPAL terus berbenah diri. Perbaikan dan pengembangan terus dilakukan,  sebagai wujud komitmen profesionalisme Pertamina dalam meningkatkan efisiensi operasi dan mendongkrak  produksi. Dari akuisisi ini Pertamina memperoleh bagian atas tiga lapangan produksi yaitu MLN, OHD dan EMK dimana COPAL adalah operator di lapangan MLN. Ketiga lapangan produksi ini terletak di cekungan Berkine, Central  Sahara, dengan total produksi net-to-share untuk Pertamina mencapai 21.330 barrel oil per day  (BOPD) pada Juni 2014.

 

Salah satu langkah terobosan dalam meningkatkan efisiensi operasi yang cukup signifikan adalah  penggantian metode  manajemen air limbah terproduksi, dari re-injeksi melalui sumur beralih ke sistim evaporation pond (kolam penguapan). Cara tersebut dilakukan dengan memanfaatkan panasnya tempratur gurun antara 30 – 50 derajat Celcius yang menyinari permukaan kolam air limbah terproduksi.

 

“Awalnya ketika masih dioperatori ConocoPhillips, mereka total membangun dua evaporation pond kecil hanya untuk contingency plan karena air yang ikut terproduksi diinjeksikan kembali kedalam formasi melalui water disposal well. Metode ini sejalan dengan kebijakan ConocoPhillips secara global terkait penanganan produced water,” demikian ucap Project Coordinator Pertamina di Algeria, Martinus Abednego.

 

Lebih lanjut, Martinus menambahkan bahwa ketika proses transisi operatorship asset dari ConocoPhillips kepada Pertamina, maka Pertamina mengusulkan agar tidak lagi melakukan metode re-injeksi air limbah terproduksi kedalam water disposal well tetapi menggunakan evaporation pond sebagai solusi utama dalam pengelolaan produced water. Hal ini, didasarkan pada kenyataan tingkat kehandalan water disposal well semakin menurun, sehingga perlu dilakukan pengeboran water disposal well baru.  “Apabila hal ini dilakukan, maka biayanya cukup besar, sementara dari sisi operasi tidak memiliki pengaruh apapun terhadap peningkatan produksi,” imbuh Martinus mewartakan potensi pemborosan.

 

Usul Pertamina tersebut disepakati oleh ConocoPhillips sehingga kemudian dalam periode transisi pada awal semester 1-2014 yang lalu telah selesai dibangun evaporation pond baru yang merupakan evaporation ketiga berukuran besar 250 x 300 meter persegi, dengan kedalaman 3 meter, dan tingkat kemiringan 2% dari sisi luar kolam ke arah dalam.  Lokasi evaporation pond terbesar ini terletak dekat water disposal well yang sudah di-shut-in di MLN-3 dengan jarak kira-kira 4,5 km dari CPF (Central Processing Facility) dan pipanya sepanjang sekira 6,5 km ke CPF. “Evaporation pond baru ini dirancang dapat menampung air limbah terproduksi hingga 177.320 m3,” papar Martinus.

 

Dengan tingkat penguapan rata-rata (average evaporation rate) sekitar 45.08 kg/hr/100 m2, maka evaporation pond itu mampu menampung produced water selama setahun bahkan jika tidak terjadi penguapan sama sekali, hal yang mustahil mengingat lokasi lapangan di tengah gurun. “Dengan dibangunnya evaporation pond tersebut Pertamina telah menghemat anggaran sekitar USD 10 juta,” pungkas Martinus menunjukkan tingkat efisiensi operasi yang dicapai.•DITHULU

Share this post