Giat Merawat Ladang Tua Tetap Sehat

Giat Merawat Ladang Tua Tetap Sehat

20-HULU CORNER-Jambi Field _resizeJakarta - Meski banyak ladang-ladang minyak dan gas (migas) milik Pertamina sudah uzur, namun kewajiban yang dipikul tidak pernah kendur. Sebagai satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang energi migas dan panas bumi yang 100 persen sahamnya dimiliki pemerintah, Pertamina dituntut agar senantiasa menjaga pasokan energi dalam negeri, agar pembangunan ekenomi bangsa terus tumbuh berkelanjutan. Tugas tersebut menuntut laskar migas Pertamina bekerja cerdas dalam berbagai situasi. “Kita tahu bahwa lapangan Pertamina sebagian besar sudah mature, sehingga dibutuhkan inovasi dan terobosan teknologi untuk menjaga produksi tetap meninggi, sesuai dengan koridor cost effectiveness,” ucap Syamsu Alam, Direktur Hulu pada berbagai kesempatan.

 

Pesan Direktur Hulu tersebut melecut seluruh insan jajaran bisnis hulu Pertamina, baik yang bertugas di kantor pusat maupun di lapangan-lapangan seantero pelosok negeri, supaya senantiasa mengembangkan potensi diri dalam berinovasi. Hal ini merupakan salah satu program strategis dalam kondisi prihatin karena turunnya harga crude dunia sejak medio 2014 yang hingga kini belum pulih kembali. Tujuannya, tentu saja untuk meningkatkan efisiensi operasi, mendongkrak produksi, dan menambah cadangan migas dengan nilai keekonomian yang kompetitif.

 

Dalam koridor kebijakan di atas PT Pertamina EP (PEP), anak perusahaan Pertamina yang bergerak di bidang hulu migas (APH) menyusun strategi dalam menjaga capaian produksi. Dengan keterbatasan anggaran operasi yang tersedia, PEP harus mampu mengatasi setiap kendala operasi khas aset tua, seperti menekan laju natural decline rate, problem kepasiran, peningkatan kadar air hingga di atas 80%, kebocoran pompa, kerusakan gas lift compressor, pipa selubung yang korosif, kebocoran jalur flow line karena termakan usia, dan lain-lain. Bagaimana kiat-kiat jajaran pekerja PEP merawat asset sepuh dimaksud, dapat ditelusuri lewat kinerja PEP Asset 1 Jambi Field. Lapangan migas yang berlokasi di dua Kabupaten, yakni Batanghari dan Muaro Jambi, Kota Jambi ini telah memproduksikan minyak sebanyak 3.192 barel minyak per hari (BOPD) pada periode semester-I/ 2017, dan gas sebesar 4,86 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). “Produksi minyak kami memang masih di bawah terget RKAP sebesar 3,525 BOPD (91%), akan tetapi kami berhasil meningkatkan produksi gas hingga 162% di atas target RKAP 2,99 MMSCFD,” aku Alice Maylana, Field Manager Jambi.

 

Lebih jauh Alice menjelaskan, lapangan-lapangan migas Jambi telah berproduksi sejak era penjajahan (1920) di bawah kendali perusahaan Belanda, yaitu Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) dan NV Nederlands Indische Aardolie Maatschappij (NIAM) dari Amerika Serikat. Pasca kemerdekaan, tepatnya pada 1957 pemerintah mengambil alih pengelolaan ladang-ladang minyak yang ada di Jambi. Dalam rangka menjaga kinerja produksi sumur-sumur tua tersebut tetap prima, manajemen PEP Aset 1 Jambi Field merancang berbagai skenario operasi, antara lain melakukan empat Rencana Kerja Ulang Pindah Lapisan (KUPL) pada Struktur Sungai Gelam (Ex-TAC EMP Gelam) di zona reservoir batupasir “M1” dan “M2” dalam Formasi Talang Akar, dengan kedalaman ±1.500 meter. Pekerjaan tersebut dimulai pada minggu pertama Agustus 2017 dan saat ini masih sedang berjalan.

 

Di samping itu, manajemen Jambi Field juga melakukan reaktivasi delapan sumur suspended dengan hasil gain produksi minyak sebanyak 50 BOPD atau setara 10.600 barrel oil kumulatif. Rencananya hingga akhir 2017 akan dilakukan tambahan reaktivasi sumur suspended sebanyak 10 sumur lagi. Selanjutnya beberapa pekerjaan yang juga dilakukan adalah stimulasi hydraulic fracturing dan pressure maintenance di Struktur Sungai Gelam. Melakukan pekerjaan sand control di Struktur Kenali Asam, program gross up Struktur Ketaling Grup menuju 29.000 Barrel Fluit Per Day (BFPD), dan secara komprehensif mengaktifkan kembali Struktur Ex-TAC (Sungai Gelam dan Tuba Obi).

 

Menurut Alice, kebijakan efisiensi yang ketat dan efektivitas operasi juga menjadi fokus perhatian manajemen Jambi Field. Untuk itu, berbagai terobosan diciptakan di antaranya: (1) Peningkatan life time sumur dengan penggunaan sucker rod molded dan RRC (Rotary Rod Centralizer) sehingga menghemat biaya rig untuk perawatan sumur. (2) Meminimalkan downtime pekerjan rig, antara lain mengusahakan rig dapat berjalan selama 24 jam di area-area yang sebelumnya tidak dapat dilakukan perawatan 24 jam. (3) Pemanfaatan gas engine genset menggantikan diesel engine genset untuk pasokan listrik di beberapa struktur Jambi Field. Contohnya, pemanfaatan satu unit gas engine genset baru menggantikan dua unit diesel engine genset di power plant Sungai Gelam sejak 2015 lalu sampai saat ini mampu menghemat biaya pemakaian solar mencapai Rp 2,5 miliar per tahun. Kemudian, pemanfaatan satu unit  gas engine genset milik Jambi Field menggantikan dua unit diesel engine genset di sumur gas SPT-02, Struktur Simpang Tuan sejak 2016 akhir hingga sekarang dapat menghemat biaya pemakaian solar sebesar Rp. 700 Juta per tahun.

 

Program peningkatan keandalan power plant Sungai Gelam dan Ketaling juga terus diupayakan manajemen melalui proyek upgrading dan relokasi dua unit genset ex-TAC Salamander ke Jambi Field. “Saat ini proyek tersebut masih dalam proses hingga akhir 2017. Diharapkan dengan selesainya program dimaksud, akan mengurangi frekuensi low & off sumur,” ucap Alice menutup perbincangan.•DIT. HULU

Share this post