JAKARTA - Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Subagjo yang juga terlibat dalam proyek D100 Pertamina mengungkapkan bahwa produk tersebut sudah bisa untuk dikomersialkan atau dipasarkan. Hal tersebut dikatakannya saat mengikuti acara "Hot Economy" yang disiarkan oleh Berita Satu TV melalui live streaming, Senin 20 Juli 2020.
“Saya kira itu sudah bisa dipasarkan, tapi tetap harus melakukan pengujian dari Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) barangkali ada kelemahan. Yang saya tahu diesel hidrokarbonnya sama dengan bahan bakar fosil, jadi mestinya tidak ada kelemahan. Tapi perlu dilakukan pengujian kembali. Etanolnya sangat tinggi bernilai 83, kalau di laboratorium 90. Jadi cetane number 80-90, kemudian kadar sulfurnya rendah jadi jika dicampur sangat baik,” ujarnya.
Pengamat Energi Komaidi Notonegoro mengungkapkan produk tersebut sudah tidak mengalami keraguan hanya saja tinggal melakukan uji coba di lapangan.
“Secara teknis tidak ada keraguan. Hal itu perlu komitmen bersama, bukan hanya Pertamina sebagai produsen, namun juga masyarakat sebagai konsumen, dan tak kalah penting adalah regulatornya yaitu pemerintah,” tambahnya.
Deputy CEO PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Budi Santoso Syarif meminta dukungan semua pihak untuk proses kelancaran pekerjaan itu. Sehingga Indonesia bisa menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia yang memiliki kedaulatan energi.
“Kami harus didukung stakeholder dan regulator. Karena sawit bukan dari Pertamina, banyak komunitas yang menggunakan sawit untuk FAME, bahan makanan dan lainnya. Sisi operasional kita banyak membutuhkan hydrogen, jadi kami meminta dukungan semua pihak agar D100 berjalan lancar dan bisa digunakan oleh masyarakat Indonesia,” tutupnya. *IDK/HM