Sesuai Hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahun Buku 2017, Pertamina memberikan dividen tahun buku 2017 sebesar Rp 8,57 triliun. RUPS juga menyetujui laporan pendapatan 2017 yang telah diaudit naik 18%, menjadi US$ 42,96 miliar, dibandingkan pendapatan audit 2016 US$ 36,49 miliar.
Di hadapan jajaran Direksi dan insan Pertamina, Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng mengungkapkan apresiasi atas pencapaian yang diraih Pertamina tahun lalu. Namun ia mengingatkan, Pertamina harus terus beradaptasi dan berubah ke arah yang lebih baik untuk menghadapi semakin kompetitifnya pasar. “Yang terpenting, kita tetap fokus pada visi Pertamina, yaitu menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia,” ujarnya dalam kegiatan Town Hall Meeting Kinerja Tahun 2017, pada Jumat (4/5/2018).
Menurut Tanri Abeng, agar dapat fokus pada pencapaian visi perusahaan, Pertamina harus memiliki strategi, struktur dan skill yang sesuai dengan perkembangan bisnis saat ini. “Salah satunya adanya perubahan nomenklatur dan struktur organisasi seperti yang diterapkan pada Direktorat Pemasaran sebagai upaya dalam mengikuti perkembangan pasar dan menjalankan amanat pemegang saham atau pemerintah,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan secara umum kinerja operasional Pertamina tahun 2017 yang menunjukkan pertumbuhan. Nicke menjelaskan, untuk tahun 2017, realisasi rata-rata harga minyak ICP mencapai US$51,17 per barel. Asumsi ICP berdasarkan Rencana Kerja Perseroan 2017 adalah US$48 per barel.
“Produksi migas naik sekitar 7%, dari 650 MBOEPD (ribu barel minyak ekuivalen per hari) pada tahun 2016 menjadi 693 MBOEPD pada tahun 2017. Pertumbuhan hulu migas ini dipengaruhi oleh produksi dari Banyu Urip dan naiknya produksi ladang luar negeri Pertamina. Pertamina pun mampu meningkatkan produksi panas bumi (geothermal) menjadi 3.900 GWh, atau naik 27% dibanding tahun 2016 sebesar 3.043 GWh. Hal ini disebabkan beroperasinya PLTP Ulubelu Unit 3 dan Unit 4, serta Kamojang,” jelas Nicke.
Di bidang pengolahan minyak, perusahaan mampu menjaga tingkat kinerjanya. Dimana hasil produk bernilai tinggi (yield valuable product) meningkat 1% menjadi 78,1% pada 2017, sementara pada 2016 sebesar 77,7%. Volume produk bernilai tinggi (volume valuable product) menjadi 253,4 MMBbl (juta barel) pada tahun 2017.
Sedangkan pada sektor pemasaran, volume penjualan konsolidasi tercermin penurunan tipis 1%, dari 86,84 juta KL pada 2016 menjadi 85,88 juta KL pada 2017. Dari total volume tersebut, volume Premium Penugasan dan Jawa Madura Bali (Jamali) pada 2017 mengontribusi 12,31 juta KL, naik 12% dari periode sebelumnya. Sedangkan, penjualan LPG PSO naik 2% menjadi 11,21 juta KL.
“Tingkat kesehatan perusahaan mencapai skor total 88,52, dengan rincian aspek keuangan skor 65,00, operasional 12,52, dan administrasi 11,00 sehingga perusahaan termasuk dalam kategori sehat (AA). Kinerja HSSE dan GCG juga terealisasi dengan baik, dimana Pertamina meraih 11 PROPER EMAS dan PROPER HIJAU sebanyak 71. Bahkan score assessment GCG 2017 mencapai 91,97,” imbuhnya.
Pada 2017, Pertamina juga telah menjalankan Program BBM Satu Harga di 54 titik sesuai yang ditargetkan oleh Pemerintah. Untuk tahun 2018, perseroan menargetkan untuk menjalankan BBM Satu Harga di 67 wilayah yang memiliki keterbatasan infrastruktur darat dan laut. “Hingga April 2018, kita sudah melaksanakannya di empat titik. Kita harus terus memaksimalkan upaya agar masyarakat di 63 titik lainnya juga dapat menikmati BBM Satu Harga pada tahun ini,” tukas Nicke.
Sementara itu, Direktur Hulu Pertamina, Syamsul Alam menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasihnya kepada seluruh pekerja Pertamina khususnya di Direktorat Hulu atas pencapaian kinerja tahun 2017 yang berjalan sesuai dengan target. Menurutnya, salah satu pencapaian Direktorat Hulu pada tahun 2017 adalah adanya penemuan sumber Migas yang cukup signifikan.
Ke depannya, masih menurut Syamsu Alam, Direktorat Hulu akan mengoptimalkan sumber yang sudah ada, seperti 8 wilayah kerja di antaranya Attaka di tengah laut Kalimantan Timur, South East Sumatera di Sumatera Selatan, East Kalimantan di Kalimantan Timur. Lalu, Tengah di Kalimantan Timur, North Sumatera Offshore di Sumatera Utara, Ogan Komering di Sumatera Selatan, Sanga-Sanga di Kalimantan Timur, dan Tuban Jawa Timur, yang sudah diamanatkan pemerintah untuk dikelola oleh Pertamina.
“Alhamdulillah 8 WK (wilayah kerja) sudah diberikan kepada kita. Yang paling penting sekarang adalah berfikir keras membuat planning sehingga 8 WK ini bisa dikelola dengan maksimal seperti yang diamanahkan RUPS,” tandasnya.•SEPTIAN/FT. TRISNO