JAKARTA – Asma (dalam bahasa Yunani ἅσθμα, ásthma, "terengah") adalah peradangan kronis yang umum terjadi pada bronkus yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan berulang, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel dan spasme bronkus. Gejala umum meliputi mengi, batuk, dada terasa berat, ekspirasi memanjang, dan sesak napas.
Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Dian Prastiti Utami memaparkan dalam Youtube Pertamina yang tayang pada 3 Maret 2021, bahwa gejala asma memiliki variasi. “Pertama misalnya orang merasakan sesak napas itu yang paling sering adalah batuk kering atau bisa juga batuk kronik, terus menerus terutama jika ada pemicu terutama terkena debu,” ujarnya.
Gejala lainnya ialah napas yang terasa berat setelah terpancing sesuatu. Pada keadaan asma yang berat bisa juga disertai dengan napas berbunyi mengi atau malah justru tidak ada suara napasnya.
“Pada prinsipnya semua orang bisa terkena asma, mulai dari usia muda sampai usia lanjut berpengaruh itu adalah faktor genetik. Misalnya ayah ibu asma resiko anak terkena asma lebih tinggi atau paling tidak memiliki alergi. Asma juga bisa timbul pada usia lanjut atau tua jadi tidak hanya pada pasien anak-anak serta seseorang yang terkena paparan zat kimia,” jelas Dian.
Adapun yang harus Anda lakukan jika mengalami asma atau orang di sekitar Anda mengalami asma ialah menghubungi dokter. Jika alami serangan sesak napas berat sebaiknya datang ke instalasi gawat darurat (IGD). “Dari situ dokter atau klinisi akan menentukan apakah ini benar asma apa bukan. Kemudian akan ditentukan kembali apakah ini asma jarang atau sering (asma ringan, sedang atau berat). Setelah itu akan disampaikan langkah pencegahan dan terapi jangka panjangnya.”
Untuk para penderita asma yang penting adalah mengenali diri sendiri yaitu mengenali alergen atau zat-zat apa yang akan memicu serangan asma. Misalnya jika terkena debu di rumah sebaiknya tidak banyak bulu binatang dan tidak banyak debu. *IN/PW