JAKARTA - Indonesia Internasional Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) kembali digelar di Jakarta Convention Center, pada Kamis (6/8/2018). Perhelatan tahunan yang diadakan selama tiga hari oleh Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) ini mengusung tema "Empowering Geothermal for Indonesia's Energy Sustainability".
Acara yang dibuka oleh Menteri Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ini diharapkan menjadi ajang munculnya terobosan untuk mempercepat pengembangan bisnis panas bumi di Indonesia dan pemanfaatan energi panas bumi sehingga dapat mendorong kemandirian energi nasional.
"Pemerintah mendukung pengembangan bisnis geothermal. Di antaranya dengan menghadirkan situasi kondusif bagi pengembang melalui pembaruan regulasi panas bumi, penyederhanaan perizinan, dan sentralisasi birokrasi,” ujarnya.
Jonan mengakui, salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah melemahkan kurs rupiah terhadap dolar AS. “Karena itu, saya menyarankan penggunaan produksi dalam negeri harus diutamakan oleh seluruh badan usaha,” tambahnya.
Walaupun tantangan yang dihadapi sangat besar karena bisnis ini merupakan long term investment, ia mengharapkan para investor tidak terpengaruh berbagai gejolak yang terjadi dan jangan hanya tergantung pada upaya pemerintah semata.
Agar pengembangan panas bumi dapat berjalan lancar, Jonan menyarankan agar badan usaha melakukan sosialisasi dan diskusi untuk meminimalisir gesekan dengan masyarakat sekitar. “Hal ini perlu dilakukan agar eksplorasi panas bumi bisa maksimal dan prosesnya bisa lebih cepat,” tukas Jonan.
Usai pembukaan, Menteri Keuangan Sri Mulyani yang hadir dalam acara tersebut meninjau booth Pertamina. Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ali Mundakir yang mendampingi menjelaskan tentang kiprah PGE sebagai anak perusahaan Pertamina yang saat ini mengembangkan bisnis geothermal.
"Tahun ini PGE sudah menghasilkan 617 Megawatt. Di akhir tahun atau setidaknya awal tahun depan kita akan menambah lagi kapasitas sebesar 55 Megawatt. Jadi total kapasitas nanti mencapai 672 Megawatt. Tentunya ini akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pengembangan energi geothermal di Indonesia," ujarnya.
Ia mengakui, kendala memang selalu ada. “Tapi kami selalu menyiapkan project management yang baik hingga semua kendala bisa diatasi dan bisa mencapai apa yang ditargetkan dengan biaya yang efisien," jelasnya.
Dirinya juga menambahkan, energi geothermal harus dimanfaatkan semaksimal mungkin karena Indonesia memiliki potensi geothermal yang besar. “Guna mengoptimalkan hal tersebut, dukungan semua pihak sangat diperlukan,” pungkasnya.
Per September 2018, Indonesia menghasilkan 1. 948,5 Megawatt atau menduduki peringkat kedua di dunia dalam pengembangan energi geothermal. Pencapaian ini diharapkan bisa semakin bertambah sehingga diharapkan bisa mendukung bauran energi sebesar 23 persen di tahun 2025 mendatang.•RINA/TRISNO