Inovatif Kiat Petik Laba di Tengah Krisis

Inovatif Kiat Petik Laba di Tengah Krisis

20-elsa _1-1Jakarta –   Krisis harga minyak dunia yang hingga saat ini masih belum menampakan tanda-tanda akan reda merupakan ujian berat bagi seluruh korporasi yang bergerak di sektor hulu industri minyak dan gas bumi (migas), termasuk perusahaan-perusahan bidang penunjang operasi migas. Hal tersebut dialami juga oleh PT. Elnusa Tbk., anak perusahaan PT. Pertamina (Persero) yang bergerak di bisnis jasa energi terintegrasi mulai dari hulu sampai dengan sales & distribution di hilir. Ketika turbulensi pasar crude dunia tersungkur dari sekitar US$ 100-an per barel pada pertengahan 2014 ke level US$ 40-an, banyak program survei seismik serta pengeboran migas baik yang bersifat eks­plorasi maupun pengembangan dan produksi dihentikan, atau dijadwal kembali untuk waktu yang tidak ditentukan.

 

Menurut Tolingul Anwar, Direktur Utama PT Elnusa Tbk, saat ditemui beberapa waktu lalu, dalam kondisi seperti itu tidak ada alternative lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan, khususnya yang bermain dalam bidang service hulu migas, ke­cuali pembenahan ke lingkup internal, melakukan inovasi, dan peningkatan efisiensi di segala lini secara ketat. “Hanya dengan kesadaran tinggi seluruh jajaran insan Elnusa dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut maka Elnusa masih mampu memetik laba sebesar Rp 3,8 triliun pada 2015, lalu,” terang Tolingul. Pendapatan Elnusa sebesar itu pada tahun lalu, tak lepas dari kejelian manajemen Elnusa dalam melakukan segmentasi dan focusing  peluang bisnis yang ada. Salah satu di antaranya, seperti memperkuat penetrasi di lapangan migas yang sudah berproduksi. Pertimbangannya, bagaimanapun rendahnya kondisi harga minyak dunia sumur-sumur produksi harus tetap dipelihara agar terus produktif. Atas dasar peluang tersebut Elnusa menawarkan kepada kliennya jasa solusi perawatan sumur (well service/well maintenance), serta operasi dan pera­watan fasilitas produksi dengan harga yang lebih kompetitif. “Kami melakukan fabrikasi peralatan secara mandiri dan juga melakukan berbagai inovasi alat dengan tujuan menekan biaya investasi, sehingga ujungnya biaya service yang ditawarkan kepada klien menjadi jauh lebih kompetitif,” kata Tolingul mengurai stra­tegi bisnisnya dalam menyikapi masa-masa sulit.

 

Salah satu inovasi yang dilakukan oleh jajaran insan mutu Elnusa dan patut diapresiasi adalah memodifikasi 150K Snubbing Unit menjadi 150K Workover Unit. Inovasi ini tercetus karena Elnusa mendapatkan kontrak pekerjaan workover di seluruh lapangan minyak PT Chevron Indonesia Company (CICO) di wilayah kerja daerah Kalimantan Timur (Kaltim). Dalam kontrak tersebut Elnusa harus menyediakan 2 Workover Unit (340K dan 225K), 150K Snubbing Unit, dan Pumping Job. Namun, karena banyaknya pekerjaan plug dan abandon well di lapangan Chevron, serta harus segera dikerjakan, diperlukan tambahan workover unit untuk mensuport pekerjaan plug dan abandon well tersebut. Sementara 2 unit workover milik Elnusa yang ada di lapangan Chevron juga sibuk beroperasi untuk service sumur sehingga tidak bisa melayani operasi plug dan abandon well. Melihat kondisi demikian maka, pekerja Elnusa yang tergabung dalam tim Continuous Improvement Program (CIP) menggagas inovasi dengan memodifikasi 150K Snubbing Unit yang jarang dipakai menjadi 150K Workover Unit. Hal itu dilakukan agar bisa digunakan dalam memenuhi kekurangan workover unit untuk pekerjaan plug dan abandon sumur di lapangan Chevron Kalimantan.

 

Proses modifikasi diawali dengan membuat design dan sti­mulasi. Caranya, dengan menentukan apa saja perubahan-perubahan yang diperlukan sehingga 150K Snubbing Unit bisa beralih fungsi menjadi unit workover. Selanjutnya, tim itu mendata dan memilih peralatan apa saja yang diperlukan. Setelah design pekerjaan dilanjutkan dengan pelaksanaan modifikasi yang se­muanya dikerjakan sendiri oleh tim fabrikasi Elnusa. Pekerjaan modifikasi tersebut meliputi : (1) Membuat window basket baru dan memodifikasi bagian dari window lama yang tidak terpakai sehingga bisa digunakan untuk dipadukan dengan 150K Workover Unit. Juga memasang hydraulic winch unit yang berfungsi untuk melepas conection packer dan down hole tool lainnya. (2) Mengganti BOP (blow out preventer) yang awalnya berukuran 4-1/16” menjadi 11” ID, 5000 Psi WP. Hal ini dilakukan karena dalam pekerjaan workover harus mencabut down hole equipment dan packer yang ukurannya sekitar 7” s/d 11”. (3) Membuat adaptor untuk mengkoneksikan hydraulic jack 150K dengan top flange window di bagian bawah, sementara pada bagian atasnya bisa dikoneksikan dengan bottom flange 150K hydraulic jack. Dengan adaptor tersebut maka 150K hydraulic jack dapat disambungkan dengan window sehingga 150K workover unit bisa digunakan. (4) Memperpanjang tangga putar karena 150K workover unit berukuran lebih tinggi dibandingkan dengan 150K snubbing unit. Dan (5) menambah peralatan standar workover seperti penggantian ukuran slip bowl, tong arm, power tong dan lainnya.

 

Ada beberapa tantangan yang dialami Tim CIP Elnusa selama proses pengerjaan inovasi tersebut, terutama dari segi waktu yang terbatas dan rancangan desain yang tidak boleh mengubah konstruksi. Selain itu, tim juga dituntut untuk mencari solusi dengan biaya minim namun memberikan hasil maksimal, tanpa mengenyampingkan aspek keamanan dan keselamatan. Oleh karenanya, setelah modifikasi selesai dilakukan function test dan completion di yard Elnusa Balikpapan untuk menjamin 150K Workover Unit berfungsi normal, aman, dan lancar. Hasilnya, 150K Workover Unit, itu dapat digunakan untuk mendukung pekerjaan plug dan abandon di lapangan Chevron Kalimantan. “Lewat inovasi dimaksud, Elnusa berhasil menambah revenue sebesar US$350.000 per bulan,” pungkas Tolingul.•DIT. HULU

Share this post