JAKARTA - Upaya Pertamina mengurangi emisi karbon terus dilakukan, salah satunya dengan menjajaki produksi green hydrogen menggunakan teknologi HTGR Kogenerasi Daya Eksperimental 40 MW Thermal.
Untuk itu, Pertamina melalui Downstream Research Technology and Innovation melakukan workshop bersama dengan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN) serta Universitas Pertamina, pada 3-6 Oktober 2022, di Hotel Patra Comfort Jakarta.
"Saat ini, kami melihat ada kebutuhan untuk mengurangi emisi karbon dengan meningkatkan bauran energi, dalam hal ini menggunakan energi baru terbarukan yang tidak menghasilkan karbon emisi dalam produksinya," ujar Senior Vice President Research Technology and Innovation PT Pertamina (Persero) Oki Muraza.
Menurut Oki, teknologi HTGR Kogenerasi Daya Eksperimental yang dihasilkan oleh reaktor nuklir saat ini sudah semakin aman teknologinya. "Ketika kita nantinya berhasil membuat utility dari energi nuklir, tentu akan mengurangi emisi karbon," sambung Oki.
Senior Expert Centre of Excellent HSSE PT Pertamina (Persero) Juli Rusjanto mengatakan, pengembangan green hydrogen memegang peranan strategis dalam mengejar target dekarbonisasi sistem energi global. Sektor industri migas dalam hal ini Pertamina akan menjadi sasaran utama untuk akselerasi sumber energi yang dinilai sebagai salah satu kontributor transisi energi.
"Green hydrogen adalah pilar utama dekarbonisasi untuk industri. Urgensi green hydrogen dinilai sama pentingnya dengan penyimpanan baterai (energy storage) di masa mendatang. Bahkan, Pertamina telah memasukkan green hydrogen dalam road map program Nett Zero Emission. Green hydrogen bisa menjadi solusi energi di masa mendatang," ujar Juli saat diwawancarai oleh Energia.
Menurut Juli, energi alternatif berbahan baku nuklir merupakan energi ramah lingkungan, karena nuklir bebas emisi GRK, footprint relatif kecil, tidak mengganggu keseimbangan ekosistem, serta limbahnya terkelola dan terkontrol dengan aturan yang jelas dari Pemerintah Pusat maupun penggunaannya selalu diawasi oleh IAEA.
Hal tersebut dipertegas Sri Hastuty, salah satu peneliti dari Universitas Pertamina yang menyampaikan bahwa studi bersama BRIN sudah berjalan dari awal 2021. "Teknologi HTGR Kogenerasi Daya Eksperimental yang dihasilkan oleh reaktor nuklir saat ini sudah kita studikan bersama. Artinya ini merupakan tugas kami sebagai lembaga akademik untuk menunjang sektor industri seperti Pertamina," terang Tuty yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Pertamina.
Melalui kegiatan tersebut, ia berharap agar Pertamina terus melakukan studi untuk mendapatkan yang terbaik dari penelitian-penelitian yang dilakukan. "Karena melalui penelitian-penelitian yang sudah berjalan hingga kini, Universitas Pertamina tentunya akan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dan sejalan dengan perkembangan bisnis perusahaan ke depan," tutur Tuty.*HM