JAKARTA - McKinsey memprediksi dalam 10 tahun ke depan, setidaknya 23 juta lapangan pekerjaan di Indonesia akan digantikan dengan automasi. Hal ini terutama disebabkan oleh lahirnya era Society 5.0. Masyarakat 5.0 mulai diperkenalkan oleh Pemerintah Jepang untuk pertama kalinya pada tahun 2016 dalam The 5th Science and Technology Basic Plan. Konsep ini menekankan pembangunan masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based).
Inovasi, dikatakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) akan menjadi kunci penting bagi negara bertahan di era Society 5.0. Jika tak ingin tergerus zaman, masyarakat harus mulai membiasakan diri dengan cara kerja baru dan meninggalkan cara kerja lama yang dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan dunia.
Vebrionsius Sihombing, alumni Teknik Perminyakan Universitas Pertamina (UP), menyadari pentingnya membekali diri dengan kemampuan berinovasi untuk dapat bersaing di bursa kerja di tengah gempuran persaingan global.
“Selama berkuliah di UP, sebisa mungkin saya tidak hanya mengikuti perkuliahan di kelas dan praktikum di laboratorium atau di lapangan. Saya juga membiasakan diri untuk mengikuti perlombaan di berbagai level kejuaraan, terutama yang terkait dengan pengembangan inovasi,” ungkapnya dalam wawancara daring, Jumat 20 Agustus 2021.
Keaktifannya dalam mengikuti lomba, diakui Vebri, terutama didorong oleh Mata Kuliah Plan of Development (POD) yang dipelajarinya. ”Dalam mata kuliah tersebut, semua pelajaran di Teknik Perminyakan terintegrasi. Sehingga, hasil akhir yang diharapkan adalah lahirnya ide dan gagasan baru, atau bahkan prototype dan inovasi. Mahasiswa dituntut untuk dapat mengembangkan lapangan migas, mulai dari merencanakan skema produksi lapangan sampai pada komersialisasi atau perencanaan keekonomiannya,” tutur Vebri.
Sebelum bekerja sebagai Strategic Sourcing di PT Pertamina Lubricants, Vebri berkesempatan untuk melakukan kerja praktik di PT Pertamina (Persero) selama satu semester. Melalui kerja praktik ini lah Vebri menyadari pentingnya memupuk semangat inovasi.
“Beruntungnya, di UP saya juga mendapat mata kuliah Critical Thinking dan Creative Problem Solving. Kedua kemampuan ini sangat membantu dalam mencari solusi untuk permasalahan tak terduga yang bisa kapan saja terjadi di lapangan. Misalnya ketika lapangan migas yang akan dieksplorasi ternyata kering, tidak ekonomis, atau tidak sesuai ekspektasi. Tentunya dibutuhkan solusi inovatif untuk mengatasinya,” lanjut Vebri.
Vebri akan membagikan kisahnya bersama para narasumber dari program studi lainnya di acara Get Ready for Universitas Pertamina (GEAR UP). Kegiatan open house ini akan menampilkan profil dan keunikan dari 15 program studi yang ada di Universitas Pertamina. “Kegiatan akan berlangsung secara daring dari tanggal 23 hingga 27 Agustus 2021 dan terbuka untuk umum,” pungkas Muhammad Husni Mubarak Lubis, Direktur Kemahasiswaan Universitas Pertamina.
Platform yang digunakan, lanjut Husni, adalah Gather Town. Platform ini memungkinkan adanya interaksi antar partisipan dan membuat acara menjadi lebih hidup. Partisipan juga dapat berperan aktif selama kegiatan, seperti mengunjungi private space yang disediakan untuk konsultasi lebih lanjut terkait program studi, melihat pameran inovasi, atau mini eksperimen yang dilakukan oleh mahasiswa.
"Kami berharap melalui kegiatan ini, bisa membantu para siswa yang masih bingung menentukan program studi atau bahkan karir masa depan mereka,” ujar Husni.
Pendaftaran acara dapat dilakukan secara daring melalui tautan https://bit.ly/PendaftaranGearUP2021. Panduan penggunaan aplikasi dapat diunduh melalui tautan http://bit.ly/PanduanGatherTownGearUP. *UP