Kilau Produksi Rantau Masih Memukau

JAKARTA - Lapangan Minyak Rantau berlokasi di Kabupaten Aceh Tamiang, merupakan salah satu lapangan sepuh (brownfield). Lapangan ini telah berproduksi sejak 1928 melalui sumur Rantau (R)-01 yang dibor oleh Bataafsche Petroleum Maatscappij (BPM ) dengan produksi minyak sebesar 855 barel minyak per hari (BOPD). Puncak produksi minyak di Lapangan Rantau sebanyak 32.477 BOPD dan gas sebesar 27,4 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) diraih pada 1973.

Menurut Richard Muthallib, Field Manager Rantau, meski telah diproduksikan hampir seabad hingga kini Lapangan Rantau masih menggeliat. Walaupun reservoirnya sudah depleated, Rantau Field mampu mempertahankan produksi minyak sepanjang 2017 sebesar 2.495 BOPD atau 107% dibanding target RKAP 2017 (2.322 BOPD), serta 3,9 MMSCFD atau 146% dari target RKAP (2,67 MMSCFD). “Kumulatif produksi tersebut kami dapat dari beberapa kegiatan, di antaranya mempercepat eksekusi pengeboran, melakukan evaluasi zona prospek baru dan melakukan reaktivasi sumur-sumur yang masih ada potensi minyak,” ucap Richard (29/1/2018).

Lebih lanjut Richard menuturkan, sepanjang tahun kemarin Rantau Field telah melakukan tiga pengeboran yaitu sumur RNT-AA/P-450, RNT-SZ19/P-451, dan RNT-DZ10/P-452 yang mampu menambah produksi minyak sebanyak 436 BOPD. Kemudian dari KUPL (kerja ulang pindah lapisan) sumur P-393, pindah dari Lapisan Z-750 ke Lapisan Z-420 dengan litologi batupasir (Formasi Keutapang) berhasil menambah produksi 78 BOPD. Sedangkan melalui kegiatan reparasi di lima sumur untuk membuka Lapisan Z-410/Z-400B, batupasir (Formasi Keutapang) berhasil memproduksi minyak sebesar 1.257 BOPD. “Selain itu, dilakukan juga pengembangan pressure maintenance pada Lapisan Z-360. Pengembangan zona produksi ini masuk juga di RK 2018,” imbuh Richard.

Dari sisi keselamatan kerja dan lingkungan, Rantau Field secara konsisten dan massive menerapkan SM QHSSEB (Sistem Manajemen Quality Health Safety Security Environment & Bussines). Lewat kebijakan tersebut seluruh jenis risiko dapat diminimalkan, baik terkait risiko bisnis maupun risiko operasi. Dengan tingkat risiko yang rendah maka proses bisnis dan operasional perusahaan berjalan dalam format lower cost, tanpa mengenyampingkan satu pun standart dan peraturan kerja lain. “Terkait terobosan dan inovasi teknis, seluruh fasilitas produksi harus kita pastikan berfungsi dengan baik dan memiliki SKPP (Surat Kelayakan Penggunaan Peralatan) atau SKPI (Surat Kelayakan Peralatan Instalasi) yang sesuai. Selain itu, juga dilaksanakan preventif maintenance secara ketat, sehingga avaibility dan reliability peralatan tetap dalam performa yang tinggi,” jelas Richard. 

Di samping giat merawat produksi, PT Pertamina EP Asset 1 Rantau Field, berturut-turut sejak 2015 hingga 2017 berhasil mempertahankan prestasinya mendapatkan Proper Emas dari kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Prestasi tersebut diraih atas komitmen manajemen dan seluruh pekerja dalam menjalankan bisnis yang ramah lingkungan, baik fisik maupun sosial. “Dalam 2018 ini, kami akan melakukan pendampingan lanjut program community empowerment, sesuai rencana strategis upaya pemberdayaan masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan,” pungkas Richard menutup perbincangan.•DIT HULU

Share this post