DONGGALA - Kisah mengharukan dan menginspirasi datang dari operator Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Donggala. Nasir, pria berusia 47 tahun itu sudah lama bekerja sebagai operator. Saat gempa dan tsunami yang menerjang Palu, Donggala, dan Sigi ia sedang bertugas untuk mengisikan BBM Solar ke mobil tangki.
Belum sempat mengisi Solar ke mobil tangki, ia merasakan adanya gempa cukup dahsyat yang mengguncang TBBM Donggala. Saat itu, ia sudah diberikan arahan untuk meninggalkan lokasi dan pergi ke arah yang lebih aman. Namun ia tetap menunaikan tugasnya terlebih dahulu untuk merapikan peralatan yang digunakan untuk pengisian Solar (bottom loader) sebelum meninggalkan mobil tangki.
“Sebelum Magrib saya sedang mengisi satu mobil tangki lagi untuk diisi Solar. Tiba-tiba ada gempa. Kita semua komunikasi dengan radio contact, arahannya kita suruh ke pos atas. Tapi saya lebih pilih rapikan dulu peralatan yang ada daripada nantinya terjadi hal yang tidak diduga,” ujar ayah empat anak itu kepada Energia.
Kondisi semakin mencekam saat tak lama berselang ia melihat air laut yang naik setinggi tujuh meter menghantam pagar-pagar bangunan lainnya. Dedikasinya terhadap perusahaan patut diacungi jempol, Nasir tidak hanya merapikan peralatan untuk pengisian, ia juga masih sempat menyelamatkan dokumen perusahaan seperti Loading Order (LO) dan surat jalan sebelum menyelamatkan dirinya sendiri.
“Tidak lama setelah gempa, kurang lebih 3-5 menit kita sudah melihat air naik dan nabrak tembok tembok pagar. Setelah Bottom Loader sudah diamankan, dokumen–dokumen juga saya selamatkan dulu sebelum saya bergerak ke atas untuk mengamankan diri,” jelasnya.
Beruntung setelah kejadian tersebut tidak ada operator TBBM yang menjadi korban. Keluarganya pun selamat dari maut. Pertamina memberikan dispensasi bagi pekerja yang ingin pulang dan menengok keluarganya pasca gempa terjadi, tidak terkecuali Nasir.
“Alhamdulillah teman-teman tidak ada yang menjadi korban. Keluarga saya pun selamat, sempat terputus komunikasi tapi saat saya datang keluarga sudah mengungsi ke tempat aman. Saya masuk kerja hari Senin, seminggu setelah gempa. Kami mendapat dispensasi dari perusahaan untuk tidak bekerja untuk mengondisikan keluarga dan rumahnya,” pungkas Nasir.•KUN/DK