Knowledge Transfer Lumpuh, Selama “Silo” Masih Ada

Knowledge Transfer Lumpuh, Selama “Silo” Masih Ada

Silo -kometJakarta - Direktur SDM & Umum Pertamina Dwi Wahyu Daryoto menekankan knowledge transfer tidak akan jalan selama masih ada silo syndrome di Pertamina. Padahal, pengalaman dan pengetahuan merupakan aset tak ternilai dalam mencapai hajat perusahaan.

 

“Saya yakin, inovasi in­san Pertamina betul-betul ad­vance. Peru­sahaan akan mati kalau tidak ada kreasi baru knowledge,” kata Dwi Wahyu Daryoto, saat memberikan arahan dalam acara “Director and Kometers Sharing”, yang digelar Fungsi Quality, System and Knowledge Management (KOMET) Pertamina, pada Kamis (2/4), di Gedung Utama Pertamina.

 

Setiap aset intelektual, apapun bentuknya, meru­pakan aset yang harus ter­pelihara, khususnya da­lam mencapai 5 prioritas stra­tegis perusahaan yang telah dicanangkan Direksi.  Menurut Dwi Wahyu Daryoto, berbagai inovasi yang pro­duktif bisa tercipta, asal saja insan Pertamina mau berusaha dan memperkuat community of practice.

 

“Tiap tim punya penga­laman beda-beda, mungkin isunya sama, tapi orang yang dihadapi itu berbeda sehingga menghasilkan solusi yang ber­beda,” imbuhnya.

 

Dwi memaparkan know­ledge management itu bisa berjalan selama ada empat arus yang selalu berputar yang membuat perusahaan ini sustain, yakni socialization, externalization, combination, dan internalitazion.

 

“Itu berputar terus se­hingga timbullah knowledge baru yang tidak akan hilang di perusahaan ini. Walaupun yang punya knowledge itu sudah tidak ada, namun know­ledge-nya yang harus kita jaga,” jelasnya dalam acara yang diikuti oleh para KOMETers dan di-relay oleh para PIC di setiap unit operasi.

 

Pada kesempatan yang sama, VP Quality, System and Knowledge Ma­nage­ment Pertamina Faisal Yusra menuturkan soal pen­tingnya peran PIC KOMET dalam kegiatan berbagi penge­tahuan. “Kata kuncinya ada­lah sustainability. Kita bi­sa berhasil karena sifatnya volunteer yang keterkaitan de­ngan KOMET. Setiap ma­salah akan dilihat dan dapat mudah dipecahkan,” kata Faisal Yusra.

 

Sedianya, setiap PIC KOMET di seluruh unit ope­rasi dan anak perusahaan bertanggung jawab untuk melaksanakan aktifitas berbagi pengetahuan tersebut. Para manajemen puncak selaku role model turut mendukung sebagai narasumber. Hal tersebut dinilai penting demi menghindari hilangnya aset pengetahuan ketika seorang pekerja meninggalkan peru­sahaan serta meningkatkan produktifitas dengan ada­nya kemudahan dalam mem­peroleh pengetahuan.

 

Dalam kesempatan ter­­sebut, tiga PIC me­nyam­paikan inovasinya. Yaitu, presentasi  bertajuk “Me­ning­katkan Efektifitas In­formasi, Komunikasi, dan Pengumpulan Data SP­BU, melalui website di Fung­si REM Region I dan III”, “Mem­permudah Akses Keter­sediaan Informasi Keuangan dalam Pengambilan Ke­pu­tusan Manajemen de­ngan Pembuatan CFO Dash­board di Pertamina CI Item, serta “Peningkatan Margin Pengolahan sebesar 8,4 juta USD per tahun melalui produksi Smooth Fluid di Pemboran oleh Fungsi Rearch and Development.

 

Dwi Wahyu Daryoto juga menyambangi know­ledge gallery buah kar­ya para KOMETers. Ia meng­ungkapkan apresiasinya ke­pada para pekerja atas de­di­kasi yang konsisten untuk terus menelurkan bera­gam inovasi.

 

“Saya suprise para pe­­­­kerja Pertamina di luar pe­­kerjaan rutinnya itu bi­sa melakukan inovasi yang dapat meningkatkan efi­siensi perusahaan. Orang-orang inilah yang pan­tas men­dapatkan rewards. Mereka melakukan extra mind di luar pekerjaan rutinnya. Ini akan di­realisasikan, jika ada impact untuk perusahaan.  Dan tetap dipatenkan hasil-hasil produk ini agar tidak dicuri orang lain,” ungkap Dwi.• Sahrul/Muthia

Share this post