Jakarta – Langkah-langkah Direktorat Hulu dalam melakukan percepatan pencapaian visi Pertamina menjadi World Class National Energy Company, sudah dimulai sejak 2013, ketika repositioning portofolionya dari investment holding menjadi operational holding dicanangkan. Dari paradigma, itu Dit. Hulu mulai mengembangkan budaya baru yang bersifat lintas fungsi dan bebas silo, supaya tampil lebih solid. Implementasi kebijakan tersebut bermuara pada upaya intensifikasi peruntuhan eksklusifitas bagian. Hal ini dilakukan melalui kebijakan sinergisitas dan kerja sama di setiap lini kegiatan, supaya dapat bertahan menghadapi krisis harga minyak dunia yang tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir.
Berpijak pada landasan pikir tersebut, PT. Pertamina Hulu Energi (PHE) membuktikan komitmennya lewat penandatanganan kerja sama pemanfaatan jasa korporasi dengan fungsi Upstream Technology Center (UTC). Acara penandatanganan tersebut dihadiri oleh Amran Anwar (Senior Vice President Development and Technology / SVP D&T), R. Gunung Sardjono Hadi (President Director PHE), VP UTC (Sigit Raharjo), VP Technical Support PHE (Zakaria Harun), serta seluruh jajaran management PHE dan UTC, pada (13/10). Dalam sambutannya, Amran Anwar mengatakan, kesepakatan dengan PHE ini adalah tantangan bagi UTC untuk mengembangkan peran UTC sebagai pusat teknologi dan manajemen data yang terintegrasi baik di lingkungan Dit. Hulu maupun APH. “Kami di UTC sedang membuat frame work untuk mengubah UTC sebagai holding dari segenap kebutuhan teknologi, riset, dan manajemen data dalam membantu serta memberikan solusi teknologi untuk seluruh kegiatan hulu migas dan energi baru terbarukan (EBT) di Pertamina,” kata Amran mengutip ucapan Direktur Utama Pertamina yang disampaikan ketika meninjau kegiatan UTC beberapa waktu lalu.
Pada kesempatan yang sama, Gunung Sardjono Hadi menjelaskan UTC memiliki kompetensi yang komplit untuk dimaksimalkan. “Jasa korporasi yang bisa diberikan UTC kepada PHE adalah Technical Service Reservoar Produksi, Technical Service Geofisika, Technical Service Geology, Service Drilling Engineering, Technical Service Proccess and Facilities, Technical Service Data and Geomatika, dan Pengolahan Data,” urainya. Lebih jauh Gunung menjelaskan, perjanjian ini dilakukan karena ada latar belakang pemikiran, yang didasari oleh pengalaman bahwa kerjasama antara PHE dengan anak perusahaan (AP) lainnya dalam pemanfaatan jasa korporasi pada 2012 lalu menorehkan angka realisasinya hingga USD 1,788 juta. Tercatat saat itu PHE berkolaborasi dengan 8 AP Pertamina.
Selanjutnya, Gunung menyampaikan, kerja sama tersebut dimaksudkan agar rancangan anggaran biaya produksi 2016, PHE yang sebesar USD 1,1 juta, minimal 10 persennya bisa diserap juga oleh Strategic Business Unit (SBU) lain yang berada dalam Pertamina. Harapannya, supaya kebijakan Pertamina Incorporated yang selama ini didengung-dengungkan dapat diwujudkan. Di samping itu, penandatanganan ini juga bertujuan untuk mendorong UTC agar dapat berkembang menjadi technology service provider unggulan milik Pertamina.•DIT.HULU