Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Itulah kira-kira pribahasa yang cocok menggambarkan semangat relawan Pertamina menembus wilayah terdampak gempa tsunami Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya yang sulit dijangkau dan belum tersentuh bantuan.
Dengan membawa 7 ton bantuan logistik, 20 relawan Pertamina yang dipimpin oleh Koordinator Lapangan CSR Pertamina Ahad Rahedi, berupaya menembus Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala walaupun akses jalan menuju ke sana belum pulih. Di kecamatan tersebut, ada 8 desa yang masih terisolir.
Dalam perjalanan, truk kuning yang bermuatan bantuan terjebak gundukan tanah longsor di Jalan lintas Palu – Balaesang Tanjung. Cuaca panas tak menyurutkan semangat para relawan untuk mencapai tujuan. Mereka dengan sigap mengupayakan agar truk dapat bergerak maju. Walaupun sudah dibantu oleh warga sekitar dan relawan instansi lain untuk mendorongnya, truk tak bergerak.
Akhirnya, Ahad memutuskan muatan untuk sementara dipindahkan ke pick up yang kosong. Bahu membahu semua orang, estafet memindahkan muatan. Lebih dari 20 paket logistik dipindahkan. Kemudian truk kembali dicoba digerakkan. Kembali mesin truk meraung.
“Karena pertimbangan risiko jika didorong dari belakang, maka kami putuskan truk ditarik dari depan,” tutur pria yang sehari-hari bertugas sebagai Sr. Supervisor CSR & SMEPP Marketing Operation Region VII Sulawesi tersebut.
Setelah dilakukan upaya menarik truk beberapa kali, akhirnya kendaraan yang membawa bantuan logistik, selimut, pakaian, perlengkapan bayi serta air mineral tersebut bisa terlepas dari jebakan longsor. Truk kembali melakukan perjalanan.
Perjuangan tak berhenti sampai di situ. “Kami hanya bisa mencapai Desa Walandano, lokasi terdekat dari Kecamatan Balaesang Tanjung. Akhirnya, bantuan secara simbolis diserahkan kepada Camat Balaesang Tanjung, Masudin, untuk selanjutnya dikirim ke delapan desa tersebut dengan menggunakan kapal katinting milik warga sebanyak dua kali,” jelas Ahad.
Bagi Ahad, selama sembilan hari bertugas membantu masyarakat terdampak gempa tsunami di Palu dan sekitarnya, perjalanan menuju Desa Malei, Kecamatan Balaesang Tanjung merupakan pengalaman tak terlupakan sebagai relawan Pertamina. “Rasanya seperti terbayar lunas perjuangan mengantarkan bantuan kepada masyarakat di sana ketika tahu bantuan tersebut telah diterima mereka,” ujar pria yang hari ini (10/10/2018), genap berusia 32 tahun.
Menurut Ahad, semangat membantu para korban gempa tsunami di Palu dan sekitarnya tersebut tidak lepas dari dukungan sang istri. “Walaupun di awal keberangkatan pada (30/9/2018), dia sempat khawatir, karena jaringan komunikasi belum pulih, namun istri saya memotivasi bahwa niat mulia untuk membantu sesama akan menjadi perlindungan dan berkah selama saya bertugas di daerah bencana. Alhamdulillah, itulah yang saya rasakan,” pungkas Ahad yang untuk sementara waktu menghijrahkan keluarga kecilnya ke Jakarta selama ia bertugas ke wilayah bencana