JAKARTA – Tahun 2014 menjadi tahun terakhir program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji sejak tahun 2007. Pemerintah menargetkan konversi minyak tanah ke Elpiji 3 kg sebanyak 58 juta kepala keluarga (KK).
VP Domestic Gas Pertamina, Gigih Wahyu Hari Irianto mengatakan, program konversi minyak tanah ke Elpiji 3 Kilogram yang berjalan selama 7 tahun mampu menghemat subsidi bahan bakar sebesar Rp115,6 triliun dari 2007 hingga Maret 2014 ini.
“Rencananya, pada tahun 2014 ini akan dilakukan konversi minimum sekitar 2,3 juta paket Elpiji 3 kg. Dengan penambahan ini maka 2014 adalah tahun terakhir dilakukannya konversi di semua wilayah Indonesia,” ungkap Gigih di Media Center Kantor Pusat Pertamina, Senin (21/4).
Lebih lanjut Gigih mengatakan dari berbagai wilayah yang masuk kategori konversi minyak tanah ke Elpiji, hanya tersisa wilayah Ambon, Papua, Kalimantan Timur, Sumbawa yang belum dilakukan konversi. Wilayah lain dari Aceh ke Jawa dan daerah lainnya sudah masuk wilayah yang telah dilakukan konversi ke Elpiji. Hal tersebut dikarenakan wilayah Indonesia Timur belum ada infrastruktur yang memadai untuk dilakukan konversi.
“Infrastruktur Pertamina yang ada di daerah tersebut belum ada sehingga dikhawatirkan kalau kita paksakan konversi ke daerah yang belum siap infrastrukturnya maka security off supply energi juga akan terganggu dan tidak efisien,” tegasnya.
Gigih kembali meyakinkan program konversi akan berhenti di tahun 2014. Jika pun akan dilakukan konversi dengan mekanisme atas permintaan daerah masing-masing sehingga tidak bersifat nasional juga tergantung dengan kesiapan infrastruktur daerah masing-masing untuk dilakukan konversi.
Sebelum tahun 2007 kuota minyak tanah sekitar 12 juta kl dan sekarang APBN 2014 kurang dari 1 juta kl. Hal ini menunjukkan proses konversi berjalan dengan baik dan masyarakat menyambut dengan positif dan pemerintah juga memperoleh manfaat dari program konversi ini.•IRLI