Kualitas dan Kuantitas BBM Tantangan bagi Pengolahan

Kualitas dan Kuantitas BBM Tantangan bagi Pengolahan

5-WORKSHOP REDAKTUR DENGAN DIR PENGOLAHAN PAK TOHARSO (TRISNO)2JAKARTA – “Pertamina adalah perusahaan oil and gas yang kecil jika dibandingkan perusahaan sejenis kelas dunia. Apalagi jika dibandingkan dengan National Oil Company (NOC) dan International Oil Company (IOC) seperti Shell, ExxonMobile dan Total,” ungkap Direktur Pengolahan Pertamina Toharso, saat media workshop, di Her­mitage Hotel, Jakarta, Senin (8/5).

 

Toharso menjelaskan tolak ukurnya adalah dari investasi, khususnya di sektor hulu. Investasi Pertamina ber­kisar US$ 4 - 5 miliar per tahun. Se­mentara itu investasi perusahaan migas dunia rata-rata di atas US$ 15 miliar per tahun, seperti ExxonMobile yang nilai investasinya US$ 30 miliar per tahun.

 

Tolak ukur lainnya adalah kapasitas produksi NOC atau IOC negara lain masih jauh di atas Pertamina. Pertamina memiliki enam kilang minyak dengan kapasitas produksi sekitar 1,040 juta barel per hari. Namun kenyataannya karena perlu pemeliharaan atau per­baikan kilang, maka rata-rata ke­mampuan produksi kilang minyak Per­tamina sekitar 900 ribu barel per hari.

 

Namun, Toharso menegaskan Per­tamina harus mengarah ke perusahaan migas dunia. Karena itu, pihaknya harus memupuk investasi yang lebih besar lagi khususnya di hulu. “Kebutuhan kita di Indonesia sekitar 1,6 juta barel barel/hari sedangkan produksi minyak di Indonesia 800-900 barel/hari. Artinya setengahnya harus diimpor baik dalam bentuk crude maupun impor minyak yang sudah jadi produk BBM,” ungkapnya.

 

Hal ini menjadi tantangan bagi Pertamina ke depan. Toharso menjelaskan dari sisi produsen produksi bahan bakar minyak (BBM) mempunyai dua tantangan yakni soal kualitas dan kuantitas (jumlah) BBM. Terkait kualitas BBM ada dua hal yang menjadi fokus yaitu aspek teknologi permesinan seperti kendaraan, mesin pabrik dan kapal, dan aspek lingkungan.

Sementara itu, untuk teknologi arahnya ke kemampuan bahan bakar yang efisiens dan mesin teknologi tinggi seperti mobil balap atau mobil berkecepatan tinggi yang membutuhkan oktan number yang tinggi.

 

Dia mengatakan, dilihat dari sisi sudut pandang lingkungan yakni jangan mencemari lingkungan. Sehingga ketika keduanya digabung muncul standarisasi EURO, yang mengatur oktan number.

 

Untuk kuantitas tentu saja terkait dengan jumlah BBM yang masih kurang. Sehingga Pertamina akan terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri antara lain melalui mega proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan pembangunan kilang baru (Grass Root Refinery).•Irli

Share this post