Kunjungan Menteri BUMN ke Blok Cepu

Kunjungan Menteri BUMN ke Blok Cepu

Menteri BUMN_CepuBojonegoro - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini M. Soemarno, dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Blok Cepu me­nya­takan secepatnya akan mencari jalan keluar masalah tarik ulur harga gas dari Lapangan Unitisasi Gas Jambaran Tiung Biru (J-TB) Pertamina EP Cepu (PEPC) di kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Hal itu dikatakannya menjawab pertanyaan  wartawan yang penasaran dengan belum tercapainya kesepakatan harga antara PEPC dengan PT. Pupuk Kujang yang me­ru­pakan salah satu calon pem­beli gas dari Lapangan Unitisasi Gas JT-B.

 

“Segera kita bicarakan dengan Kementerian ESDM untuk mencari solusinya agar ada kesepakatan. Sehingga tahun ini bisa dilakukan ground breaking,” ujarnya saat berkunjung ke Blok Cepu, Jumat (11/9). Saat ini, harga yang ditawarkan PEPC kepada Pupuk Kujang masih sedikit lebih tinggi dibandingkan harga gas yang biasa dibeli pabrik pupuk di Indonesia. “Idealnya sebesar USD 7,5/MMBTU,” ucap Rini. Disinggung apakah perlu subsidi dari pemerintah, Rini menyatakan tidak perlu. “Tak perlulah pakai subsidi. Kita akan cari jalan keluar lainnya,” tegas dia.

 

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, untuk memulai proyek J-TB perlu menyiapkan pembeli gas yang akan diproduksi. Saat ini, sudah ada beberapa calon pembeli, yakni PLN dan pabrik pupuk. “Kalau de­ngan PLN sudah deal,” kata Soetjipto saat mendampingi kunjungan kerja Menteri BUMN. Sementara yang masih negosiasi adalah harga gas untuk pupuk. 

 

Menurutnya, pabrik pu­puk tidak bisa membeli de­ngan harga yang mahal sebab akan berpengaruh terhadap harga pupuk dan memberatkan pe­tani. “Kita sedang membi­carakan bagai­mana solusi yang diberikan peme­rintah,” ucap Dwi. Diharapkan negosiasi selesai pada akhir tahun ini sehingga triwulan pertama tahun 2016 sudah bisa mulai melakukan pekerjaan.

 

Direktur Utama  PEPC Adriansyah menjelaskan, se­karang ini proyek J-TB dalam tahap pengadaan. Sedangkan pembangunan konstruksi membutuhkan waktu paling cepat 36 bulan. “Persiapan di lapangan terus dilaksanakan dan sebagian telah dilakukan,” katanya.

 

Lapangan J-TB memiliki ca­dangan gas dua triliun kaki kubik namun yang bisa terangkat hanya 1,2 triliun kaki kubik. Jangka waktu produksi lapangan ini mulai 2019 - 2035. Pemerintah menargetkan Lapangan J-TB mulai produksi sebesar 227 juta kaki kubik gas bumi per hari pada kuartal pertama 2019, dan  mencapai puncak produksi sebesar 315 juta kaki kubik pada 2020 mendatang. Dari produksi tersebut sebesar 100 Million Metric British Thermal Unit (MMBTU) akan dialirkan ke PLN melalui Pertamina, dan sebanyak 45 MMBTU untuk pabrik pupuk Kujang.•PEPC

Share this post