Lifting Perdana Blok Banyu Urip Diolah Kilang Cilacap dan Balongan

Lifting Perdana Blok Banyu Urip Diolah Kilang Cilacap dan Balongan

Lifting 1_banyuuripJakarta – Prosesi lifting pertama dari FSO Gagak Rimang dihadiri oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi, Komisaris Utama Pertamina Sugiharto, Direktur Utama Pertamina Dwi Sutjipto, dan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya W. Yudha.

 

Hadir pula Direktur Utama Pertamina EP Cepu Amril Thaib M, Presiden Exxon Mobil Cepu Limited Jon Gibbs, dan Ketua Badan Kerja Sama PI Blok Cepu Hevearita Rahayu.

 

Lifting pertama ini me­rupakan capaian yang penting dalam proyek la­pangan Banyu Urip yang mengintegrasikan semua komponen produksi yang telah selesai dibangun sebelumnya, yaitu jalur pipa darat sepanjang 72 km, jalur pipa laut sepanjang 23 km, dan juga menara tambat serta FSO yang terletak di Laut  Jawa. Pertamina melalui Pertamina EP Cepu sebagai operasionalnya akan mengirimkan 550.000 barel minyak mentah dari FSO Gagak Rimang ke kilang  RU IV Cilacap dan RU VI Balongan dengan menggunakan kapal Tanker milik Pertamina,  yaitu MT Gunung Geulis.

 

Pengaturan lifting ini dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan di Kontrak Kerja Sama (KKS) Blok Cepu mengenai pem­bagian penjualan antara Pe­merintah Indonesia dan para Kontraktor KKS Blok Cepu.

 

Menteri  ESDM Sudirman Said me­nyam­paikan ap­resiasinya kepada seluruh pihak yang terlibat. Antara lain, PT Per­tamina EP Cepu (PEPC), Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL), dan BUMD. Apalagi, pengerjaannya melibatkan 10.000 tenaga kerja dengan waktu 80 juta jam tanpa fa­tality.

 

’’Ini merupakan capaian yang luar biasa,  karena secara langsung juga ber­dampak positif bagi per­tumbuhan ekonomi daerah setempat. Secara nasional, kami juga optimis  dengan tambahan dari proyek ini target produksi pemerintah sebesar  825.000 barel per hari pada tahun 2015 tidak meleset,’’ ujar Su­dirman Said.

 

Saat ini volume produksi Blok Cepu produksi sebesar 80.000 BPH. Targetnya, Juli nanti naik menjadi 165.000 BPH. Akhir semester kedua tahun ini bertambah menjadi 205.000 BPH. Selanjutnya, pada 2016 kembali normal ke angka 165.000 BPH. ’’Nah, pada akhir tahun nanti, kontribusinya bisa mencapai 20–25 persen dari total produksi. Mudah-mudahan seluruh proses ini berjalan baik,’’ harap Sudirman Said.

 

Karena itu, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto  yakin produksi minyak men­tah dalam negeri melalui Blok Cepu diharapkan bisa menekan impor.  “Ini pe­ris­tiwa yang ber­sejarah. Dari lifting ini akan memenuhi 25 hingga 30 persen pasokan minyak nasional,” ungkapnya.

 

Sementara, Wakil Ke­tua Komisi VII DPR RI Sat­ya Widya Yudha juga mengapresiasi kegiatan lifting tersebut men­jadi sesuatu yang positif  di tengah lesunya harga minyak dunia. ’’Kami berharap PEPC dan EMCL menjadi pemicu pengembangan industri migas nasional. Kami juga berharap proyek tersebut berdampak positif bagi dae­rah setempat. Apalagi, proyek ini melibatkan tiga daerah, meliputi Blora, Bo­jonegoro, dan Tuban.’’ tuturnya.

 

Rasa bangga juga di­sampaikan Direktur Utama Pertamina EP Cepu, Amril Thaib M.  karena per­u­sa­ha­an­nya menjadi lifter pertama bersama pe­me­rintah dan BUMD. Hal ter­sebut juga menjadi bukti kerja sama yang baik dengan mitra usahanya. “Semua berjalan lancar se­suai dengan stan­dar internasional dengan menge­depankan aspek Ke­selamatan, Kesehatan dan Ling­kungan,” ungkapnya.

 

Kontrak Kerja Sama Blok Cepu ditandatangani pa­da 17 September 2005 antara pemerintah dengan Kontraktor KKS yang terdiri dari Pertamina EP Cepu, Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) dan Ampolex Pte Ltd, keduanya merupakan anak perusahaan Exxon Mobil Corporation, serta BUMD setempat. Pertamina EP Cepu memegang saham partisipasi sebesar 45%, EMCL dan Ampolex 45% dan BUMD 10%. EMCL ditunjuk sebagai operator Blok Cepu. Rencana pe­ngem­bangan (POD)La­pangan Banyu Urip di­setujui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pa­da 15 Juli 2006. Namun realisasi konstruksi 5 EPC baru bisa dilaksanakan  mulai 2011 setelah lahan dan perijinan diperoleh.  Ber­dasarkan perhitungan, cadangan terambil minyak di Lapangan Banyu Urip di­perkirakan sebesar 450  juta barel (MMBO).•KUN/RILIS

Share this post