SAMBOJA – Setelah hampir empat bulan tutup sementara karena pandemi COVID-19, Wisata Bekantan, Ekoriparian Sungai Hitam, di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara binaan Pertamina EP (PEP) Asset 5 Sangasanga Field kembali resmi dibuka kembali, pada Jumat, 17 Juli 2020.
Pembukaan yang ditandai pemotongan pita tersebut dilakukan oleh Sangasanga Legal & Relation Assistant Manager Frans A. Hukom bersama Camat Samboja Ahmad Nurkhalish dan tokoh masyarakat setempat.
Untuk mendukung dibukanya kembali kegiatan wisata bekantan tersebut, PEP Asset 5 Sangasanga Field juga menyerahkan bantuan pemenuhan protokol pencegahan penyebaran COVID-19 berupa tempat cuci tangan portabel di lokasi wisata dan pelindung wajah bagi anggota kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Sungai Hitam.
Pada kesempatan tersebut, Ahmad mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada PEP Asset 5 Sangasanga Field yang mendukung wisata bekantan di Kecamatan Samboja.
“Atas dukungan dari PEP Asset 5 Sangasanga Field, Wisata Bekantan itu meraih penghargaan Indonesia Green Awards 2020 untuk kategori Mengembangkan Keanekaragaman Hayati. Ulun juga bangga sama Ketua Pokdarwis Aidil Amin karena menerima penghargaan Kalpataru 2020 dari Bupati Kutai Kartanegara,” ungkap Nurkhalish menggunakan dialek khas banjar.
Dirinya merasa sangat bangga kepada masyarakat Kampung Lama khususnya anggota Pokdarwis Sungai Hitam Lestari karena banyak generasi muda yang telah berkolaborasi mengembangkan Ekoriparian Sungai Hitam binaan PEP Asset 5 Sangasanga Field.
Senada dengan Ahmad, Aidil menyampaikan rasa terima kasihnya atas dukungan yang diberikan selama ini, “Semoga PEP bisa terus membina kami karena masih banyak ilmu yang ingin kami pelajari khususnya dalam pengelolaan pariwisata konservasi alam,” ucap Aidil.
Selain peresmina gapura, dilakukan juga kegiatan penanaman mangrove disekitar Sungai Hitam.
Frans mengatakan, pelestarian tanaman mangrove sangat penting untuk menjaga ekosistem bekantan, “Avicennia lanata dan Avicennia marina merupakan jenis buah yang dimakan oleh bekantan, Ada pun dedaunan yang menjadi makanan bekantan, yakni daun dari jenis Sonneratia alba,” terang Frans.
Lebih dari itu, Frans juga menyerahkan bantuan berupa peralatan masak kepada Pokdarwis untuk digunakan mengolah makanan dari buah mangrove.
“Semoga nantinya produk olahan buah mangrove tersebut dapat menjadi oleh-oleh untuk wisatawan yang mengunjungi Ekoriparian Sungai Hitam,” kata Frans.
Seperti diketahui, monyet bekantan merupakan satwa endemik Kalimantan yang terancam punah akibat penangkapan liar dan hilangnya hutan sebagai habitatnya, sehingga perlu sekali dilakukan konservasi mangrove dan bekantan. Wisata konservasi ini memiliki potensi yang sangat bagus karena wisatawan dapat melihat bekantan langsung di habitatnya. *PEP/HM