Limau Field : Terampil Merawat Ladang Tua

Limau Field : Terampil Merawat Ladang Tua

20-HULU-Rig N80-B2 1000 HP_resizeJakarta - Merawat ladang tua memerlukan ketelatenan dan kesabaran ekstra. Penyakit khas lapangan sepuh, seperti penurunan rata-rata produksi secara alami (natural production decline rate) merupakan hal yang tidak bisa dielakkan. Batuan reservoir yang sudah depleated serta cepatnya mengair perlu disikapi dengan arif supaya target produksi tetap terpelihara. Di samping itu, kondisi pipa selubung kerap sudah keropos, pompa-pompa umumnya juga pada tua, serta fasilitas produksi pun telah uzur.

 

Hal itulah yang menjadi problem sehari-hari hampir di semua asset-asset produksi milik PT. Pertamina EP (PEP). Salah satu di antara asset dimaksud adalah PEP Asset 2 Limau Filed. Namun, meski, berhadapan dengan masalah seperti di atas, seluruh jajaran Limau Field ikut andil, berupaya dengan sekuat tenaga, lewat berbagai terobosan dan inovasi agar target produksi yang dipatri dalam Rencana Kerja (RK) 2017 mampu dikejar.

 

Di tengah kebijakan penghematan yang radikal dan efisiensi di segala lini karena keterbatasan anggaran, baik biaya operasi maupun investasi sebagai respon atas merosotnya harga minyak dunia, jajaran management Limau Field dengan arif menyusun strategi untuk mencapai target produksi yang telah disepakati itu. Bila mengacu pada kinerja 2016 yang lalu dengan raihan produksi rata-rata sebesar 4.917 barel oil per hari (BOPD), atau 103% terhadap target RK 2016 maka optimisme manajemen Limau Field dalam mengejar target 2017 bukan sekadar mengada-ada. Meski, angka-angka produksi Limau Field hingga akhir Semester I/2017 masih berada pada posisi 4.699 BOPD atau 90,5 persen dari target 2017 sebesar 5.192 BOPD, semangat serta kreativitas manajemen dan para pekerja terus dipompa. “Untuk saat ini produksi minyak memang belum mencapai target, kami masih punya sisa waktu enam bulan kedepan untuk mengejar ketertinggalan tersebut,” ucap Abdul Muhar, Limau Field Manager menggambarkan optimisme jajarannya.

 

Maka untuk mengantisipasi natural production declain rate serta kondisi reservoir yang sudah mature, Limau Field dalam anggaran 2017 di samping me­laksanakan berbagai program rutin kerja sumuran, serta perbaikan fasilitas produksi juga dirancang proyek pengeboran 3 sumur baru, yaitu NR-47, NR-53, dan LB-11. Lokasi pertama (NR-47) ditajak pada 23 Mei 2017 yang lalu dengan Rig N80-B2 1000 HP, milik PT PDSI. Pengeboran sumur yang secara geografis terletak di Desa Lubuk Raman, Kecamatan Rambang Dangku, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel) itu mencapai kedalaman akhir pada 10 Juni 2017 di 1.752 meter dalam Formasi Talang Akar. “Uji kandungan lapisan (UKL) telah kami lakukan pada Zona-S, interval perporasi selang 1.648 – 1.649,5 m dalam batupasir, Formasi Talang Akar dengan hasil minyak sebanyak 312 BOPD,” kata Abdul. Lebih lanjut, Abdul menjelaskan bahwa operasi pengeboran tersebut berjalan lancar. “Berkat kerjasama dari semua pihak selama kegiatan pengeboran berlangsung setiap permasalahan yang muncul bisa diatasi dengan cepat,” imbuhnya.

 

Menurut Abdul, jajaran Limau Field sangat bersyukur atas kesuksesan pengeboran sumur pertama dari tiga lokasi yang direncanakan dalam RK 2017. “Tim yang terlibat dalam pengeboran tersebut telah mengimplementasian standard operation procedure (SOP) yang dijabarkan secara rinci dalam buku panduan Pertamina Drilling Way (PDW),” aku Abdul. Sebagai contoh, tambah Abdul, pelaksanaan inspeksi peralatan Rig yang sesuai dengan PDW serta mengikuti step-step perencanaan, dan operasi yang ditentukan dilaksanakan secara ketat, sangat membantu tim dalam operasi pengeboran sumur NR-47. Hal ini terbukti dari tampilan non production time (NPT) yang dihasilkan hanya 2%, selain itu tim juga berhasil melakukan efisiensi waktu hingga 11 hari lebih awal dari rencana 33 hari operasi dengan 2 kali komplesi, serta AFE (Authorization for Expenditure) diselesaikan dalam 22 hari dengan 1 kali komplesi. Tidak hanya itu, dengan monitoring terhadap penggunaan material lumpur, Limau Field dapat menghemat US$ 120.000,- dan kecepatan pemboran (dry hole base) safe waktu 2 hari lebih cepat, menghemat US$ 75.000,-. “Dengan hasil ini, kami mendapat tambahan produksi 312 BOPD, sesuai target yang direncanakan. Pada September mendatang akan dilanjutkan pengeboran sumur kedua yaitu NR-53,” ungkap Abdul.

 

Dalam rangka memperlancar operasi, manajemen Limau Field membangun hubungan baik dengan masyarakat sekitar. Maka, berbagai program corporate social responsibility (CSR) dengan tujuan community empowerment intens dilakukan, baik dari sisi ekonomi, kesehatan, lingkungan, maupun pendidikan terus digalakkan. Beberapa program unggulan yang telah berjalan antara lain berupa: pemberdayaan kelompok tani, rumah hijau, dan peningkatan bahan pangan bagi masyarakat di Desa Cinta Kasih dan Desa Belimbing Jaya, Kecamatan Belimbing (Kabupaten Muara Enim); serta program pembuatan Rumah Kompos, pembimbingan dan pemberdayaan pengelolaan sampah mejadi kompos sebagai suatu usaha untuk peningkatan kesejahteraan di Desa Tebat Agung, Kecamatan Rambang Dangku (Kabupaten Muara Enim). “Kami berharap semua program tersebut mampu mengedukasi masyarakat, mengembangkan softskill mereka, dan meningkatkan kemandirian,” terang Abdul menutup pembicaraan.•DIT. HULU

Share this post