Jakarta – Sempat dikesampingkan dan dipandang sebelah mata karena fokus konsentrasi upaya peningkatan produksi Sangasanga Field diarahkan ke kawasan Utara yang dikenal dengan Daerah North Kutai Lama (NKL), wilayah selatan Kota Sangasanga seperti Louise dan Samboja seolah terlupa. Mengandalkan metode grid-based drilling Daerah NKL berhasil menarik perhatian dengan produksi sebesar 1.100 BOPD di akhir 2011. Dengan konsentrasi di NKL produksi Field Sangasanga terus terdongkrak sejak diserahkan kembali oleh Medco Kalimantan pada Oktober 2008 kepada Pertamina dengan produksi 4.300 BOPD, dan selanjutnya dikelola oleh PT. Pertamina EP (PEP).
Dua tahun kemudian, lewat kesuksesan pengeboran di sumur NKL – 1013 dan sumur-sumur lain sekitarnya di Kawasan Utara, angka produksi Sangasanga Field melonjak drastis menjadi 7.001 BOPD (2011) dan menanjak lagi ke level 7.200 BOPD pada 2012. Demikian, waktu terus berjalan, NKL menjadi backbone Sangasanga Field dengan kontribusi sekitar 4.500 BOPD, sementara sisanya disumbangkan oleh sumur-sumur tua di kawasan Samboja, Sangasanga, dan Anggana.
Status quo NKL sebagai soko guru produksi Sangasanga Field tak bertahan lama, karena sejak 2012 manajemen Sangasanga menelisik struktur Louise di Selatan. Ladang sepuh peninggalan era penjajahan Kompeni Belanda menurut catatan memiliki cadangan oil in place (OIP) sejumlah 361 juta barel, dengan kumulatif produksi sebanyak 177 juta barel. Hasil kajian tersebut memuarakan usulan pengeboran dua sumur baru di struktur Louise, yakni Louise (LSE) # 1054 dan LSE # 1055.
Lokasi LSE # 1054 yang dibor pada 2013 menghasilkan hanya 150 BOPD. Namun, pengeboran LSE # 1055 yang dibor akhir Maret 2014 pada 29 April 2014 berhasil mengucurkan minyak sebanyak 8.280 BOPD. “Produksi dari sumur LSE # 1055 ini merupakan yang terbesar dalam sejarah Pertamina EP,” ucap Direktur Pengembangan PEP, Satoto Agustono saat menyambut keberhasilan tersebut.
Kisah sukses Louise beresonansi tidak hanya di pelosok-pelosok lapangan produksi PEP se-Indonesia. Namun, gentanya berdentang ke wilayah-wilayah kerja Kontraktor Kerja Sama (KKS) lain yang beroperasi di Indonesia. “Dengan hasil pemboran Louise # 1055 tersebut membuat kami makin semangat untuk terus meningkatkan produksi migas nasional,” imbuh Satoto dengan rona wajah ceria.
Lebih lanjut Satoto menambahkan bahwa untuk melengkapi keberhasilan pengeboran di struktur Louise itu, pihak PEP akan menambah dan mempercepat pengeboran 10 sumur kunci lain di struktur tersebut. Menurut hasil studi yang dilakukan pada 2012 di struktur Louise masih tersimpan banyak potensi hidrokarbon yang terperangkap dalam lapisan-lapisan reservoir batu pasir deltaic system, bukan hanya pada deep zone saja, namun secara lateral juga masih memungkinkan untuk dikembangkan.
Berdasarkan hasil pengeboran sumur Louise # 1055 tersebut maka primadona tua yang tidak dilirik selama ini ternyata masih menyimpan pesona. Struktur Louise bukan saja menjadi backbone baru PEP, tapi menginspirasi semua operator untuk menyigi berbagai potensi dari ladang-ladang tua yang mereka miliki. “Dibanding struktur NKL maka Louise setelah direinterpretasi merupakan struktur terbesar di Sangasanga Field,” tegas Asset 5 Senior G & G Engineer, Erlangga Septana.•DIt.HULU