“Indonesia ini didalam memandang sumber daya mineralnya, lebih bertumbpu pada konsep memenuhi target APBN. Dan ini bukan hanya migas saja. Kalau kita lihat tambang-tambang lain seperti batubara, nikel, tembaga dan emas, semuanya difokuskan untuk memenuhi target APBN. Dan target APBN ini banyak dipergunakan untuk membangun hal-hal yang bukan pembangunan infrastruktur dan sifatnya tidak berkelanjutan.“
Demikian dikatakan VP Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir di dalam acara Pertamina Goes to Campus (PGTC) yang berlangsung di Kampus ITB, Bandung, pada Selasa (4/9). Tema yang diusung untuk PGTC ini ialah “Kaum Muda Intelektual : Menciptakan Ketahanan Energi untuk Negeri.”
Acara dibuka oleh Ketua Lembaga Kemahasiswaan Brian Yuliarto yang mewakili Rektor ITB Prof. Ahmaloka. Hadir juga dalam pembukaan GM Marketing Operation Region III Hasto Wibowo. Talkshow menghadirkan tiga narasumber, yaitu VP Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir, pengamat migas dari IRESS Marwan Batubara, dan pakar komunikasi politik dari UI, Effendi Gazali . Talkshow dimoderatori oleh Direktur ITB Career Center Dr. Bambang Setiabudi.
Dalam hal migas, lanjut Ali yang berbicara banyak tentang dasar pemikiran industr migas, yang menjadi target adalah lifting atau bagi hasil. “Bagaimana minyak di dalm bumi ini dikuras sebanyak-banyaknya dan dijual untuk mengisi kas APBN. Efek berikutnya adalah mengharapkan hasil yang instan, yang berujung pada sifat pragmatis. “
Akibat lebih lanjut, demikian Ali, tujuan-tujuan strategis dan bersifat jangka panjang menjadi terlupakan. Sementara Marwan Batubara menyatakan bahwa migas tetaplah menjadi primadona dalam soal energi. “Trend kebutuhan energy secara global akan terus meningkat, tetapi yang paling dominan tetap saja batubara, minyak, gas dan lain-lain. Jadi meskipun orang banyak bicara energi baru terbarukan, yang dominan tetaplah energi dari fosil,” tegas Marwan.
Effendi Gazali, pakar komunikasi, menyamakan migas dengan sepakbola. “Pemimpinnya boleh berganti, tetapi prakteknya di lapangan tetap sama,” kata Effendi. Jadi persoalannya adalah untuk menyelesaikan banyak masalah yang ada di bawah permukaan.
Tentang acara ini sendiri, Hasto Wibowo dalam sambutannya mengatakan,”Untuk mencapai ketahan energi nasional dengan konsep pembangunan berkelanjutan perlu dukungan dari kam muda intelektual dan dosen-dosen untuk dapat terus berpikir, berjuang, berkreasi dan mendorong agar hal tersebut dapat terlaksana demi masa depan generasi mendatang. “
Selesai talkshow, acara yang dihadiri ratusan mahasiswa ITB, dilanjutkan dengan menonton bersama film Kita versus Korupsi. *** (UHK/photo by Wahyu)