Jakarta – Direktorat Gas Pertamina tengah bergiat mengembangkan potensi renewable energy dalam negeri. Kini potensi BBM digali dari lautan sampah di TPST Bantargebang. Bio LNG dibidik, menghemat subsidi BBM, mendukung program pemerintah berkaitan dengan energy mix dan mengurangi efek rumah kaca.
Bertempat di Kantor Pusat Pertamina, Rabu (8/10), penandatanganan kesepakatan Joint Study Agreement (JSA), dilakukan oleh SVP Gas Engineering & Operation Management Pertamina Salis Aprilian, Area Sales Director Middle East & South Asia – Wartsila Oil & Gas System AS Sanjay Verma, President Director of PT GodangTua Jaya Rekson Sitorus, yang disaksikan oleh Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto, dan Commercial Consellor of Royal Norwegian Embassy Ole Schanke Eikum.
SVP Gas Engineering & Operation Management Pertamina Salis Aprilian mengatakan, joint study ini dilakukan guna melihat kelayakan penggunaan sampah menjadi Bio LNG. Nantinya Bio LNG tersebut akan dimanfaatkan untuk kebutuhan transportasi dan sebagainya.
“Ini adalah proyek memanfaatkan sampah kota Jakarta, yang mencapai 6.000 ton per hari. Kami akan memanfaatkan 500 ton per hari untuk diproses menjadi Bio LNG,” kata Salis.
Penerapan teknologi ini dapat mengkonversi sampah menjadi gas alam cair (LNG) atau gas biomethane. Sampah tersebut akan diubah menjadi biogas melalui proses anaerobic dan masuk ke pengolahan sebelum dicairkan di plant dan menjadi LNG.
Proyek ini tidak hanya memproduksi bahan bakar alternatif saja, tetapi bisa memecahkan masalah lingkungan, dimana sampah yang menumpuk dan berpotensi penyakit bisa didaur demi manfaat untuk orang banyak.
Salis menuturkan, Bio LNG berguna untuk mengurangi subsidi BBM yang impact-nya jelas, yakni menekan pengeluaran APBN. Bio LNG juga andil mendukung program pemerintah dalam mengurangi efek rumah kaca karena berasal dari sampah. Selain itu sebagai renewable energy, Bio LNG mendukung tercapainya target pemerintah dalam hal energy mix, yang membidik 25 persen dari new renewable energy.
Salis mengungkapkan penandatanganan JSA ini merupakan awal dimulainya proyek ini. Sebelumnya telah dilakukan studi banding di beberapa negara di Eropa, seperti Wartsila Bio LNG Plant di Norwegia. “Disana pabrik-pabrik Bio LNG source-nya sudah dari sampah. Pertamina melihat potensi itu,” imbuhnya.
JSA ini ditargetkan selesai tahun 2014 ini, dan akan diikuti dengan tender konstruksi. Salis berharap di tahun 2017 proyek ini sudah bisa “on stream”.
Sementara Vice President Engineering and Project Management Pertamina, Tanudji, menerangkan nanti akan diolah 500 ton sampah per harinya untuk menghasilkan 10 ton Bio LNG per hari.
“Diharapkan kesepakatan tripatrit ini dapat menjamin ketersediaan bahan baku dari Godang Tua Jaya dan Teknologi keandalan dari Wartsila OGS,” tambahnya.•SAHRUL