Memeta Elnusa Membangun Kompetensi Survey Seismik Bahari

Memeta Elnusa Membangun Kompetensi Survey Seismik Bahari

20 - Dit Hulu Foto 2 - ELSA RegentJakarta - Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia dengan total wilayah seluas 5.193.250 km2 dan 2/3-nya kawasan maritim. Selain itu, Indonesia juga dianugerahi sumber daya alam yang melimpah. Salah satu di antaranya adalah sumber daya alam minyak dan gas bumi (migas) yang dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk menggerakkan ekonomi bangsa. Sebagai sumber daya tidak terbarukan (unrenewable resources) cadangan migas Indonesia yang sudah ditemukan semakin menipis, seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi nasional. Derap kemajuan ekonomi berbanding lurus dengan konsumsi energi yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan. Akibatnya, cadangan migas Indonesia terkuras dengan cepat. Menurut BP Statistical Review of World Energy pada akhir semester I/2016 yang lalu, total cadangan minyak terbukti yang ada di Indonesia pada akhir 2015 terhitung sebesar 3,6 miliar barel atau 0,2 persen dari total cadangan minyak dunia sebesar 1,7 triliun barel.

 

Maka, supaya laju pembangunan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat tidak melambat atau malah justru stagnan dan negatif, tentu penemuan-penemuan cadangan baru migas harus dipergegas. Masalahnya, perbandingan antara laju produksi dengan penemuan baru hasil dari aktifitas eksplorasi, atau dikenal dengan istilah rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio / RRR) semakin timpang. Faktanya dalam satu decade terakhir angka RRR di Indonesia selalu berada di bawah 100 persen.

 

Kenyataan tersebut bukan tanpa alasan, tingginya biaya investasi, teknologi yang dibutuhkan dan resiko kegagalan menjadi faktor utama pasifnya kegiatan eksplorasi di Indonesia. Kondisi ini tambah diperparah oleh kehadiran turbulensi krisis harga minyak yang hingga saat ini masih menghimpit. Dari perhitungan normal, untuk menjaga kelangsungan produksi maka setiap satu barel minyak yang dikeluarkan dari perut bumi, harus ditemukan cadangan baru satu barel pula. Kalkulasi ini hanya sebatas pada tahap survive, saja. Jika mau melangkah hingga pencapaian growth maka diperlukan 2 sampai 4 kali lipatnya. Dengan demikian baru ada jaminan pertumbuhan sector hulu bisnis migas akan keberlanjutan. Berdasarkan sudut pandang tersebut, aktivitas eksplorasi untuk mencari cadangan-cadangan baru migas harus dipacu khususnya di daerah frontier dan laut dalam, yang sebagian besar terletak di kawasan Indonesia Bagian Timur.

 

Melihat tantangan medan dan letak geografis potensi migas tersisa pada umumnya berada di perairan laut dalam, membuka peluang PT Elnusa Tbk. (ELNUSA), anak perusahan PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bisnis jasa energi terintegrasi mulai dari hulu sampai dengan sales & distribution di hilir. Sebagai perusahaan yang dikenal kehandalannya karena memiliki core competen serta pengalaman mumpuni terkait survey geologi dan geofisika - khususnya seismic acquisition, processing, dan interpretasi baik 2D maupun 3D - segera menyambut tantangan dan peluang tersebut melalui langkah strategis, mengembangkan binis marine seismic acquisition di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan investasi teranyar Elnusa, yaitu pengadaan sebuah kapal seismic yang diberi nama “ELSA Regent” pada triwulan kedua 2016. Kapal ini siap digunakan untuk mendukung kegaiatan eksplorasi nasional khususnya kegiatan survey seismic dalam pemetaan regional, studi cekungan, atau survey 3D untuk konfirmasi penentuan titik lokasi pengeboran eksplorasi, sebagai kegiatan akhir dalam mencari ladang-ladang baru migas di kawasan lepas pantai, baik diperairan dangkal maupun laut dalam.

 

Kapal buatan 1992 yang sejak 2013 telah ditransformasi menjadi kapal seismik, dipercaya mampu membatu Indonesia mengembalikan kejayaan produksi migas nasional dan secara signifikan berkontribusi dalam menjaga kontinyuitas pertumbuhan ekonomi bangsa. “ELSA Regent mempunyai beberapa kelebihan dan kemampuan yang belum pernah dimiliki oleh kapal seismik berbendera Indonesia lainnya. Di antaranya, kapal ini berkapasitas 12 streamer dengan panjang setiap streamer mencapai 10 km, sehingga sangat ideal untuk melakukan pekerjaan survei seismik di area perairan lepas pantai termasuk laut dalam, serta mampu menghasilkan rekaman citra seimik 3D yang memberikan gambaran kondisi formasi batuan di bawah dasar laut dengan kualitas dan keakuratan sangat tinggi,” kata Tolingul Anwar, Direktur Utama PT Elnusa Tbk. dalam acara Public Exspose 2016 di Jakarta 25 November lalu.

 

Lebih jauh Tolingul menjelaskan, sebelumnya Elnusa pernah berkerjasama dengan CGGVeritas mendirikan usaha patungan (JV) PT Elnusa-CGGVeritas Seismic (ECS) yang bergerak dalam bidang marine seismic, dengan komposisi Elnusa 51 persen dan CGGVeritas 49 persen kepemilikan saham di ECS. ECS beroperasi selam 422 hari (April 2011 s/d pertengahan 2012) dengan menggunakan kapal sewa dari pihak ketiga, yang kemudian di-reflagging berbendera Indonesia bernama Elnusa Finder. Wilayah kerja Elnusa Finder meliputi Indonesia dan ASEAN, terutama untuk proyek dengan konfigurasi 4 streamer. Namun ternyata kebutuhan pasar, terutama kawasan Asean tidak selalu match dengan kapal 4 streamer, tetapi lebih besar dari itu, antara 8 sampai 12 streamer.

 

Tidak hanya untuk kegiatan seismik, ELSA Regent juga memenuhi spesifikasi maritim sehingga dapat dipergunakan untuk survei geologi dan geofisika yang non seismik, survei lingkungan dan perikanan, serta kegiatan penunjang kelautan lainnya. Artinya, ELSA Regent juga turut mendukung prioritas pembangunan ekonomi kelautan untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.• DIT.HULU

Share this post