Memeta Kiat Jawara Merawat Ladang Senja

Memeta Kiat Jawara Merawat Ladang Senja

20-HULU_resizeJakarta - Jatuhnya harga minyak mentah di pasar internasional yang berkisar seputar US$ 50-an per barel, sejak medio 2014 hingga kini belum ada tanda-tanda akan menanjak lagi. Banyak perusahaan yang bergerak di bidang bisnis hulu minyak dan gas (migas) di seluruh dunia mengubah kebijakan investasi dan manuver operasinya agar tetap survive serta mampu tumbuh berkelanjutan. Keadaan tersebut, juga dialami oleh anak-anak perusahaan rumpun hulu (APH) Pertamina seperti PT. Pertamina EP (PEP). Sebagai pemain di bidang hulu, jajaran jawara PEP dituntut tampil lebih kreatif dan cerdas dalam membuat terobosan operasi, mengingat sebagian besar aset produksinya merupakan lapangan-lapangan tua. “Dalam kondisi krisis harga crude dunia seperti sekarang ini, diperlukan kreativitas kita untuk mampu berinovasi supaya tampil lebih efisien, serta membuka berbagai peluang untuk menjaga revenue bahkan dapat meningkatkannya. Salah satu upaya yang segera dilakukan adalah mempercepat monetisasi temuan gas, terutama yang dekat dengan fasilitas produksi eksisting,” ucap Direktur Hulu, Syamsu Alam dalam berbagai kesempatan. Di antara banyak asset PEP yang giat berupaya menambah revenue perusahaan melalui monetisasi gas  adalah PEP Asset 2 Pendopo Field, yang termasuk dalam tiga besar aset penghasil gas di PEP. Meski banyak lapangan yang berada di Pendopo Field didominasi oleh sumur-sumur sepuh, namun dengan segala daya jajaran Pendopo Field  terus mencari terobosan operasi, mempertahankan produksi, seraya menjaga tingkat rata-rata laju penurunan alami (natural decline rate).

 

Hal tersebut dapat diurut melalui capaian produksi migas Pendopo Field  sepanjang semester-I/2017, yaitu sebesar 46.433,14 barel setara minyak per hari (BOEPD) atau 98% dari target Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017 sebesar 47.446,13 BOEPD. Rinciannya: produksi gas sebesar 256,35 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 98,26% dari target (259,93 MMSCFD). “Sedangkan untuk produksi minyak selama S-I/2017 mencapai 2.238,4 barel minyak per hari (BOPD) atau 85% dari target RKAP (2634.2 BOPD). “Dalam S-II/2017, seluruh jajaran Pendopo Field akan berupaya untuk mengejar target RKAP,” kata Heri Aminanto, Field Manager Pendopo menyiratkan tekad.

 

Lebih lanjut Heri menjelaskan bahwa pencapaian produksi tersebut diperoleh melalui serangkaian aktivitas operasi, antara lain: (1) perawatan sumur produksi, (2) optimasi lifting, (3) stimulasi sumur, (4) pressure maintenance supaya tekanan reservoir tetap tinggi, dan (5) reparasi sumur.  Lewat langkah-langkah tersebut berhasil didapatkan tambahan gas sebesar 18 MMSCFD, dengan rincian dari sumur MSI-36 (3,37 MMSCFD), sumur MSI-50 (2,83 MMSCFD), sumur  MSI-47 (4,74MMSCFD),  sumur MSI-32 (3,69 MSCFD), dan sumur MSI-28 (3,56 MMSCFD). “Kebijakan kami dalam memproduksi gas, selalu dilakukan berdasarkan komitmen untuk terus menjaga ketersediaan pasokan kepada seluruh konsumen industri yang berada di Sumatera Selatan dan Jawa Barat,” tambah Heri.

 

Selain itu, dilakukan juga upaya pindah lapisan di sumur BNG-45 dengan target zona batupasir “L1a” pada kedalaman 1.889-1.890,5 m, Formasi Talang Akar, rata-rata menghasilkan gas 2,06 MMSCFD dan minyak 116 BOPD (periode 11 Maret 2017 sampai 30 Agustus 2017). Menurut Heri, para jawara Pendopo Field juga melakukan reaktivasi beberapa sumur suspended. “Kami juga melakukan reaktivasi dua sumur di Lapangan SOPA, yaitu SPA-07 dan SPA-36. Dari kedua sumur tersebut diperoleh minyak  sebanyak 50 BOPD,” aku Heri. Selanjutnya, Heri menyampaikan kegiatan EOR yang dilaksanakan di lapangan Jirak dengan pengeboran sumur JW-02, yang saat ini mencapai kedalaman 800 m. Sumur ini, berhasil menembus beberapa lapisan serta zona baru yang diindikasikan mengandung minyak. “Rencananya seluruh lapisan yang tertembus itu akan diswab.  Kemudian, untuk mendukung program EOR dan IOR akan dilakukan juga reaktivasi beberapa sumur lama di Lapangan Jirak. Namun, upaya ini masih terkendala fasilitas permukaan,” terang Heri.

 

Heri menjelaskan, di balik keberhasilan operasi di atas jajarannya juga menghadapi berbagai kendala, salah satu di antaranya adalah masalah back pressure pada pengiriman gas yang disebabkan oleh design piping system existing, untuk tekanan lebih dari 700 Psig dan adanya penambahan kapasitas separasi gas. Kendala ini dapat diatasi dengan cerdas lewat kerja kreatif melalui metode Continuous Improvement Program (CIP), yang meliputi re-sizing, re-modelling, dan honing pada gas seals piping system. “Hasil yang diperoleh dari improvement tersebut adalah kenaikan produksi gas sebesar 6 MMSCFD, dan tercapainya excellence operation di lapangan Musi Timur,” imbuh Heri mewartakan kesuksesan jajaran Field Pendopo dalam mengatasi masalah.

 

Sementara itu Pendopo Field tak luput dari hambatan lingkungan sosial, seperti ilegal tapping, penyerobotan lahan, dan penggunaan aset perusahaan tanpa izin. Dalam upaya menekan permasalahan sosial tersebut, pada awal Juni 2017 lalu, Pendopo Field telah melakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) dan Kejari Kota Lubuklinggau. FGD ini menghasilkan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) terkait berbagai aspek hukum dalam pengamanan aset strategis milik negara. “Keterlibatan stakeholder, khususnya dari kejaksaan untuk memberikan pendampingan hukum dan mendukung upaya perusahaan dalam menjaga aset-aset strategis milik negara yang dikelola Pertamina,” papar Heri.

 

Meski sebagian besar aset Pendopo Field sudah berusia senja, dalam menegakkan nilai-nilai HSSE Pendopo Field pada 2016 lalu, berhasil meraih penghargaan dari Ditjen Migas. Masing-masing berupa Patra Nirbhayakarya atas pencapaian 8.314.808 jam kerja selamat, penghargaan Patra Nirbhayakarya Utama atas pencapaian 10.862.913 jam kerja aman, serta pencapaian PROPER Hijau tiga kali berturut-turut (2014, 2015, dan 2016) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.•DIT.
HULU

Share this post