Memeta Kinerja Efisiensi Hulu Sekitar US$ 850 Juta

Memeta Kinerja Efisiensi Hulu Sekitar US$ 850 Juta

Untitled -4Jakarta - Penurunan harga minyak dunia sejak medio 2014 hingga kini belum ada yang mampu memprediksi kapan akan pulih kembali. Menyikapi kondisi pasar seperti itu, banyak perusahaan minyak dan gas bumi (migas) yang bergerak di bidang hulu terus melakukan berbagai kebijakan efisiensi secara radikal di segala lini, terutama lewat penerapan strategi cost effectiveness. Langkah tersebut diambil dengan kalkulasi ketat agar mampu bertahan (survive) di satu sisi, juga di sisi lain segaligus memetik pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth).

 

Kebijakan dimaksud telah ditempuh oleh Direktorat Hulu Pertamina (Persero) dengan anak-anak perusahaan rumpun hulu (APH) melalui upaya-upaya rekalkulasi dan penyesuaian biaya operasi & produksi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga keberlangsungan dua tugas pokok fungsi (Tupoksi) bisnis hulu migas, yakni peningkatan produksi dan penambahan cadangan baru dapat terus berjalan sesuai target yang diamanahkan oleh pemegang saham. “Efisiensi perlu dilakukan untuk menghindari perusahaan mengalami kerugian dan mempertahankan target laba yang telah ditetapkan dalam rencana kerja perusahaan,” ungkap Upstream Strategic Planning Manager, Edi Karyanto sebagai Kepala Project Management Office (PMO), Break Through Project Inisiatif Efisiensi Hulu.

 

Lebih lanjut Edi mengatakan bahwa kebijakan efisiensi dilaksanakan dengan cara  merestrukturisasi biaya serta pemetaan semua ongkos operasi (meliputi eksplorasi, produksi, dan lifting)  termasuk biaya Administrasi & Umum. Selain itu, dilakukan juga penyusunan skala prioritas (ranking) setiap pekerjaan,  review kegiatan procurement termasuk renegosiasi kontrak, optimalisasi aset/fasilitas & redesign/reengineering. “Dari hasil kebijakan tersebut, Direktorat Hulu mampu mengefisiensikan anggaran biaya operasi (ABO) Hulu sampai akhir September 2016 sebesar US$ 978 Juta atau  115 % dari target efisiensi yang dipatok RKAP 2016,” tambah Edi.

 

Menurut Edi, keberhasilan tersebut dida­pat berkat komitmen jajaran manajemen hulu dan APH yang seiring dan serius mendukung serta menjalankan program kebijakan dari tim Break Through Project (BTP) Inisiatif Efisiensi Hulu. Program yang dilakukan BTP Inisiatif Efisiensi Hulu dengan mengevaluasi dan membuat formula ABO berdasarkan cost serta workplan structuring ditambah penurunan biaya produksi melalui prioritisasi workplan. Dalam penerapan formula baru sesuai dengan evaluasi ABO berdasarkan cost & workplan structuring dapat memaksimalkan peningkatan EBITDA (Earning Before Interest, Tax Depreciation & Amortization) Pertamina sebesar ± US$ 850 Juta di 2016. Sedangkan Perhitungan ABO menggunakan skala prioritisasi workplan berhasil menekan biaya per barrel. “Jika tidak melakukan langkah kebijakan efisiensi tersebut maka akan ada pontesi penurunan EBITDA 2016 sekitar 33% atau US$ 1,2 miliar,”  terang Assistant Manager Upstream Business Evaluation, Yogi Prasetya Purnama sebagai PMO Co Leader.

 

Tahapan kegiatan yang dilakukan BTP Inisiatif Efisiensi Hulu meliputi: (1) propose target efisiensi sebagai komitmen dari top manajemen Direktorat Hulu & Anak Perusahaan Hulu dalam Rencana Kerja & Anggaran; (2) identifikasi Rencana Kerja & Anggaran Biaya guna memetik efisiensi di setiap fungsi dengan dukungan dan pengawasan langsung dari top management; (3) identifikasi realisasi efisiensi biaya/penurunan realisasi biaya, berdasarkan jenisnya, meliputi : efisiensi, prioritisasi, pemotongan  atau kelebiha  biaya; dan (4) optimasi target efisiensi dengan mempertimbangkan setiap perubahan kondisi, baik perubahan teknis operasional, keekonomian, aspek HSE, maupun hal-hal lainnya,  guna tetap mencapai  target kinerja perusahaan.  “Sampai akhir Triwulan-III 2016 pencapaian efisiensi melebih target dengan workplan progress 100% dan Pencapaian Financial 157% dari target bulan September 2016,” imbuh Yogi.

 

Program BTP Inisiatif Efisiensi Hulu berjalan sejak bulan Februari 2016, diawali dengan usulan efisiensi sebagai upaya adaptasi perubahan lingkungan eksternal industri migas.Tujuannya, agar mampu beradaptasi dengan situasi dan dinamika harga minyak dunia yang berdampak terhadap profit Pertamina pada 2016. Kemudian, diusulkan pula perankingan serta pembatasan fasilitas, akomodasi, dan perjalanan dinas untuk seluruh fungsi beserta jajaran APH per 8 maret 2016. Berikutnya, kebijakan  pengendalian biaya operasi setiap fungsi / APH per tanggal 24 maret 2016 melalui capping/sealing dan pulling ABO di mysap APH. “Target efisiensi BTP Hulu sebesar US$ 850 juta diakhir tahun anggaran 2016, ini ternyata sudah terlewati sejak Septemeber lalu,” aku Yogi menunjukkan rasa syukurnya.

 

Yogi mengharapkan adanya pembelajaraan dari apa yang telah dilakukan BTP Insiatif Efisiensi Hulu sehingga dapat diterapkan di seluruh aktivitas bisnis hulu Pertamina. Selain itu, efisiensi menjadi bagian dari budaya, pola pikir perencanaan kinerja ke depan, kreativitas & kepedulian terhadap aspek biaya serta kinerja keekonomian untuk semua kegiatan di sektor hulu. Langkah-langkah tersebut, kiranya mendorong kemunculan berbagai inovasi dan kreativitas, melalui upaya reenginering maupun subtitusi brand yang tepat guna sebagai sarana pendukung operasi dengan tetap mempertimbangkan aspek teknis dan HSE.  “Tahun depan program BTP ini akan terus diimplementasikan lewat komunikasi dan koordinasi intensif dengan seluruh APH serta Fungsi Korporat. Hal itu ditempuh dalam rangka mematangkan usulan topik efisiensi dan meminta ijin manajemen untuk segara memberikan kepastiannya,” pungkas Yogi.

 

Pada 16 Desember 2016 Project Colaboration (PC) – Prove Super Saver yang beranggotakan Co Leader dan Tim BTP Insiatif Efisiensi Hulu, berhasil meraih penghargaan The Best Value Creation dengan kategori Gold dalam ajang Upstream Inovation & Improvement Award 2016 di Yogyakarta.•DIT.HULU

Share this post