Memeta Upaya Limau Tingkatkan Produksi

Memeta Upaya Limau Tingkatkan Produksi

20-HULU-Foto 1_Fasprod Limau _resizeJakarta - PT Pertamina EP (PEP) Asset 2 Limau Field terus berkilau. Di tengah ketidakpastian kapan waktu krisis harga crude dunia akan berhenti, lapangan minyak dan gas bumi (migas), ini terus berpacu meningkatkan produksi. Meski sebagian besar aset yang dimiliki tergolong sepuh dengan kondisi reservoir memasuki fase depleated, namun kinerja produksi Limau Field masih memukau. Hal ini tercermin lewat angka produksi Limau Field pada 2016 lalu sebesar 4.917 barel oil per hari (BOPD) atau 103% terhadap target rencana kerja (RK) 2016 sebesar 4.766 BOPD. Sementara, produksi gas sebanyak 8,97 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), atau 128% terhadap target RK 2016 sebesar 7,04 MMSCFD. Keberhasilan mencapai target yang telah ditetapkan dalam RK, dengan kondisi natural decline rate terus meninggi merupakan sebuah usaha yang layak diapresiasi.

 

Apiknya kinerja produksi Limau Field 2016 bukanlah diperoleh dengan cara kerja yang biasa. Namun, dibutuhkan kreativitas dalam mencari terobosan inovasi berbagai problema operasi khas lapangan tua dapat diatasi. Kendala-kendala dimaksud, di antaranya adalah kenaikan kadar air yang terjadi di struktur Niru. Struktur Niru merupakan struktur penghasil minyak terbesar di Limau Field, sehingga pada 2016 lalu dilakukan pilot project penginjeksian surfactant untuk mengurangi kadar air di tiga sumur produksi. ”Lewat kebijakan operasi tersebut, kami berhasil menaikkan produksi sebesar 100 BOPD selama 11 bulan sejak dimulainya pilot project, itu,” ucap Abdul Muhar, Limau Field Manager.

 

Di samping itu, menurut Abdul pada akhir April 2016 yang lalu, Limau Field memperoleh kembali tiga struktur produksi yang sebelumnya di kelola dalam bentuk KSO (Kerja Sama Operasi) oleh Indospec Energy. “Pengoptimalisasian 15 sumur yang berada di tiga struktur tersebut memberikan tambahan kontribusi produksi sebesar 430 BOPD kepada Limau Field,” imbuh Abdul mewartakan kiat jajarannya. Selanjutnya, Abdul menjelaskan bahwa kedua langkah itu merupakan contoh di antara beberapa upaya  yang dilakukan Limau Field dalam mengejar target produksi tahun lalu.

 

Lebih jauh Abdul mengungkapkan, selain upaya-upaya di atas dilakukan juga pencarian zona-zona produksi baru, khususnya di Struktur Limau Timur, Seksi Q-51 untuk pengembangan lapisan “S”, pada kedalaman 1.300 m, dengan litologi berupa batu pasir Formasi Talang Akar (TAF). Sementara itu, tambahan produksi juga didapat dari sumur L5A-295, sebanyak 97 BOPD (natural flow) dan sumur L5A-297, dengan produksi 11 BOPD. “Kami juga melakukan pekerjaan reopening serta reaktivasi 10 sumur yaitu: LMC-39, L5A-096, L5A-201, L5A- 053, BEL-37, BEL-30, BEL-26, L5A-229, dan LMC-041. “Hasilnya, gain produksi sebesar 30 BOPD diperoleh dari sumur LMC-39; 29 BOPD dari L5A-201; sumur L5A-229  (66 BOPD), dan sumur LMC-041 sebesar 114 BOPD,” urai Abdul.

 

Selain berbagai kebijakan operasi di atas, para engineer Limau Field juga aktif dalam mencari kiat-kiat dan metode kerja yang efektif dan efi­sien untuk menjamin keberlanjutan produksi Limau Field, seperti: (1) Penerapan History Card untuk Major Rotating Equipment, (2) Penerapan Simple Preventive Maintenance Pumping Unit + Engine Primemover Arrow, (3) Perbaikan dan Pergantian (Upgrade) Radiator Engine serta Penerapan coolant dan air demin sebagai fluida pendingin radiator, dan (4) Melakukan identifikasi kegagalan berulang pada Major Rotating Equipment. “Hasilnya, Loss Production Opportunity dari Rotating Equipment milik sendiri sepanjang 2015 dan 2016, lalu bisa dikurangi hingga rata-rata sebesar  44.97%,” terang Abdul.

 

Kinerja baik yang diperlihatkan oleh jajaran Limau Field tidak berhenti hanya sampai penghujung 2016. Hal ini terbukti dari raihan produksi status akhir Mei 2017, mencapai  4.713 BOPD atau 95,5% terhadap target RK 2017. Sedang produksi gas berada pada level 9,92 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 181,11% dari target RK 2017. “Untuk saat ini produksi minyak memang belum sesuai target. Kami masih punya sisa waktu enam bulan ke depan untuk mengejar ketertinggalan tersebut,” ungkap Abdul menggambarkan optimisme jajaran Limau Field.

 

Maka untuk mengejar ketertinggalan dimaksud, Limau Field merencanakan pengeboran 3 sumur baru, yaitu NR-47, NR-53, dan LB-11 yang berlokasi di Desa Lubuk Raman, Kabupaten Muara Enim (Sumsel). “Untuk saat ini status pengeboran sumur NR-47 sudah memasuki tahap akhir, tinggal menunggu hasil dalam beberapa hari kedepan. Selanjutnya akan disusul dengan pengeboran sumur NR-53 pada September mendatang. Diharapkan, dari ketiga sumur ini akan menambah gain  produksi Limau Field, 300 BOPD per sumur,” aku Abdul.

 

Meski bergiat diri dalam upaya meningkatkan produksi migas, manajemen Limau Field juga tidak lupa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di wilayah ring satu daerah operasi. Melalui program corporate social responsibility (CSR), berbagai kebijakan community empowerment masyarakat sekitar baik dari sisi ekonomi, kesehatan, lingkungan, maupun pendidikan terus digalakkan. Beberapa program unggulan yang telah berjalan antara lain berupa: pemberdayaan kelompok tani, rumah hijau, dan peningkatan bahan pangan bagi masyarakat di Desa Cinta Kasih dan Desa Belimbing Jaya, Kecamatan Belimbing (Kabupaten Muara Enim); serta program pembuatan Rumah Kompos, pembimbingan, dan pemberdayaan pengelolaan sampah menjadi kompos sebagai suatu usaha peningkatan kesejahteraan di Desa Tebat Agung, Ke­camatan Rambang Dangku (Kabupaten Muara Enim). “Kami berharap semua program tersebut mampu mengedukasi masyarakat, mengembangkan softskill mereka, dan meningkatkan kemandirian,” terang Abdul menutup pembicaraan.•DIT. HULU

Share this post