Menakar Kinerja Positif Produksi Minyak PEP

Menakar Kinerja Positif Produksi Minyak PEP

20-HULU CORNERJAKARTA – Krisis harga crude dunia sejak medio 2014 hingga kini belum pulih kembali. Kondisi itu berdampak pada rasionalisasi semua program dan rencana kerja, baik berkaitan dengan investasi maupun operasi. Hal yang cukup signifikan adalah pengurangan kegiatan pengeboran, serta seleksi dan pemeringkatan ketat semua proyek pengembangan. Prioritas diberikan kepada prospek-prospek yang memiliki cadangan besar, quick yielding, dekat dengan infrastruktur dan fasilitas produksi. Kebijakan demikian, secara radikal dilakukan oleh seluruh anak perusahaan yang bergerak dalam bisnis hulu (APH) Pertamina, termasuk PT Pertamina EP (PEP), yang sebagian besar aset produksinya berupa ladang-ladang tua dengan kondisi batuan reservoirnya sudah depleated. “Sampai triwulan I/2017, kami terus berupaya dengan sekuat tenaga un­tuk menahan laju penurunan rata-rata produksi alami (natural decline rate) sebesar 20% per tahun,” kata Pelaksana Tugas Harian (Pth) Presiden Direktur  PEP, Nanang Abdul Manaf di Cirebon, Senin (10/4).

 

Menurut Nanang, kesuksesan jajaran PEP menahan laju natural decline rate tersebut, berdampak terhadap pen­capaian produksi minyak sebesar  80.727 barel minyak per hari (BOPD) atau 95% dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017 sebesar 85 ribu BOPD. Sementara, produksi gas mencapai 961,6 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), atau 93% dari target RKAP 2017 sebesar 1.041 MMSCFD. “Kami tetap optimis produksi migas PEP akan melebihi target RKAP 2017 di akhir tahun,” tambah Nanang.

 

Lebih lanjut Nanang mengatakan, pada triwulan pertama tahun ini ada kenaikan yang cukup signifikan di beberapa lapangan, karena keberhasilan berbagai upaya optimalisasi produksi yang dilakukan jajarannya. Lapangan-lapangan yang mengalami lom­patan peningkatan pro­duksi, antara lain Jati­barang Field (Jawa Ba­rat). Peningkatan di Jatibarang merupakan hasil reparasi sumur atau Kerja Ulang Pindah Lapisan (KUPL) Sumur XA-09 di lapangan lepas pantai Jawa Barat Utara, yakni Anjungan XRay. Setelah melakukan KUPL, produksi lapangan ini melonjak dari semula di kisaran 870 BOPD menjadi 2.781 BOPD. Pada 22 Maret, produksi XA-09 sudah berada di level 2.011 BOPD. Kemudian kembali naik, pekan lalu produksinya mencapai 2.532 BOPD. Dibandingkan produksi pada awal Februari 2017, peningkatan produksinya mencapai 9%. “Manajemen  PEP mengapresiasi apa yang sudah diraih oleh rekan-rekan pekerja di Jatibarang Field. Di tengah keterbatasan anggaran, mereka  mampu berinovasi dalam mengoptimalkan asset yang ada, dan berhasil mendapatkan penambahan pro­duksi,” ucap Nanang mewartakan rasa syukurnya.

 

Dalam keterangannya, Field Manager Jatibarang PEP Herman Rachmadi mengatakan sumur XA-09 merupakan sumur eksisting yang sudah berproduksi. Peningkatan produksi dilakukan lewat reparasi sumur pada zona produksi X-35 dan X-32 (bercampur/commingle) ke zona X-26 (tunggal/single completion). Dia men­jelaskan, untuk meningkatkan produksi pada zona-zona di­mak­sud, jajaran PEP di Jatibarang Field menggunakan pompa Electronic Submersible Pump (ESP) agar produksi di lapangan itu, mampu naik dan stabil dengan mengoptimalkan produksi siap jual (lifting). “ESP merupakan metode lifting buatan yang efisien dan dapat diandalkan dalam proses pengangkatan yang moderat untuk volume tinggi cairan dari lubang sumur,” terang Herman.

 

Lapangan lain yang menunjukkan kinerja positif adalah Rantau Field (Aceh Tamiang). Produksi lapangan yang sudah sepuh, ini mengalami kenaikan dari 2.100 BOPD pada awal 2017 menjadi 2.831 BOPD di akhir triwulan I/2017. Berdasarkan fakta tersebut, peningkatan produksi di lapangan ini mencapai 127% dari target. Peningkatan produksi sebesar 731 barel per hari diperoleh dari pekerjaan reparasi sebanyak 5 sumur dan 1 lokasi pengeboran. “Saat ini Rantau Field melakukan penge­boran sumur RNT- SZ19 untuk memaksimalkan produksi di zona potensial, Z-4000 Blok A, Struktur Rantau serta pada lapisan prospek lainnya seperti Z – 420, Z – 430, dan Z -380,” ucap Pjs. Rantau Field Manager, Irwan Rizaldi Djaafar.

 

Selain itu, juga patut dicatat keberhasilan Adera Field, Kabupaten PALI (Sumatera Selatan) yang mampu me­ningkatkan produksi lewat well intervention, yakni pada Ja­nuari 2017 mencapai 1.213 BOPD, atau 126% dari target bulan berjalan (950.29 BOPD). Selanjutnya, pada Februari meningkat lagi hingga 1.523 BOPD atau 150,4% dari target bulan tersebut (1.013 BOPD). Pada awal 2017 jajaran PEP di Adera Field memiliki semangat dan komitmen untuk mencapai target produksi 1.500 BOPD dengan motto Road To 1.500 BOPD. Berbagai upaya, kontinuitas improvement dan inovasi dilakukan di tengah efisiensi anggaran. Maka, pada 12 Februari 2017 lalu PEP Adera Field berhasil mencapai peak oil sebesar 1.637 BOPD. “Dari kinerja positif ketiga field tersebut, mampu men­dongkrak produksi PEP sepanjang TW I/2017,” imbuh Nanang.

 

 Di samping kesuksesan meningkatkan produksi  priode Triwulan I/2017, PEP juga mampu  menunjukkan tren positif dalam kegiatan penyelidikan seismik lapangan, sebagai bagian dari rangkaian penting aktivitas eksplorasi. Hingga akhir Maret 2017, realisasi akuisisi data seismik 2D yang dilakukan PEP mencapai 426 kilometer, atau 48% dari target sebesar 833 kilometer. Sedangkan untuk perekaman seismik 3D, saat ini baru terlaksana 171 kilometer persegi atau 26% dari target sebesar 669 kilometer persegi.  “Diharapkan lewat perolehan data baru dari survei seismik 2D dan 3D, itu PEP dapat menemukan potensi cadangan baru yang besar,” ungkap Nanang menunjukkan optimisme seorang explorasionist se­jati. “Insyaallah, target sumur eksplorasi sebanyak 12 sumur sepanjang 2017, dapat kami selesaikan hingga akhir tahun,” pungkas Nanang.•DIT. HULU

 

Share this post