Mengaji Strategi PIEP Penuhi Kebutuhan Energi Nasional

Mengaji Strategi PIEP Penuhi Kebutuhan Energi Nasional

20-hulu Corner Foto 1 - KikehCirebon - Di banding dengan beberapa negara lain yang pertumbuhan ekonominya melambat, termasuk Jepang dan Cina akibat tekanan resesi, Indonesia justru mematok pertumbuhan ekonominya sekitar 5 s/d 5,5 persen per tahun. Para pakar ekonomi memprediksi bahwa dalam 2017 ini pertumbuhan tersebut menunjukkan tren positif. Hal itu didasari pada data Foreign Direct Investation (Investasi Asing Langsung/FDI) yang menyentuh angka tertinggi, pada 2016, terutama dalam bidang manufaktur. Di samping itu pertumbuhan ekonomi Indonesia juga ditopang oleh angka ekspor yang meningkat tajam tahun lalu dibandingkan rata-rata 3 – 4 tahun sebelumnya.

 

Sudah menjadi hukum pasar, pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan tingkat konsumsi energi. Artinya, manakala perkembangan ekonomi meningkat antara 5 s/d 5,5 persen maka sebesar itu pula rata-rata penambahan konsumsi energi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan tersebut “Saat ini kebutuhan masyarakat Indonesia akan bahan bakar minyak mencapai 1,6 juta barel oil perhari (BOPD), sedangkan total produksi minyak nasional berada pada level 831 ribu barel minyak per hari (MBOPD),” ujar Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam menggambarkan rasio produksi minyak dengan tingkat konsumsi dalam negeri, (9/4).

 

Ketimpangan itu akan sulit dipenuhi bila hanya mengandalkan lapangan-lapangan migas dalam negeri yang pada umumnya sudah depleated. Sementara upaya pencarian cadangan baru juga terkendala oleh beberapa faktor, antara lain: (1) tekanan harga crude dunia yang belum pulih dari krisis sejak medio 2014, (2) potensi cadangan migas yang besar berada di Indonesia Bagian Timur serta umumnya berlokasi di daerah-daerah frontier dan laut dalam, dan (3) total cadangan migas yang dimiliki Indonesia (bila tidak ada penemuan baru) sudah menipis, yaitu hanya sekitar 0,02 persen terhadap cadangan dunia. “Sekitar 20 persen lebih produksi minyak nasional pada 2016, lalu adalah sumbangan produksi dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu,” papar Alam. Sejak ditemukannya Lapangan Banyu Urip tersebut sekitar 15 tahun lalu, hingga kini Indonesia belum berhasil menemukan cadangan minyak yang cukup signifikan. Dari fakta, itu tergambar betapa besar beban pasokan energi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, terpikul di pundak Pertamina,  Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang energi yang 100 persen milik pemerintah.

 

Melalui perspektif pertumbuhan ekonomi, serta tingkat konsumsi energi yang terus meningkat, menuntut Direktorat Hulu dan anak perusahaan Pertamina yang bergerak di bisnis hulu migas (APH) harus mampu mengatasi masalah ketimpangan rasio suplai dan demand energi domestik itu. Salah satunya adalah mencari sumber cadangan baru di luar negeri.

 

Terkait dengan pengembangan usaha Pertamina di luar negeri, Slamet Riadhy, Direktur Utama PT Pertamina Internasional EP (PIEP) menegaskan (10/4), hal ini harus ditempuh setelah produksi lapangan existing dalam negeri tidak bisa lagi digenjot untuk menutup kesenjangan yang semakin melebar. “Kepemilikan cadangan di luar negeri mempunyai dua makna strategis yaitu, (1) dari segi korporasi bisa menambah aset (cadangan dan produksi migas), dan (2) migas terutama minyak yang dihasilkan sebagian besar dapat dibawa ke Indonesia untuk memenuhi keperluan domestik,” terang Riri. Hingga akhir 2016 total produksi minyak dari lapangan-lapangan luar negeri yang dikelola PIEP mencapai 88,30 ribu barel minyak per hari (MBOPD), atau 114,6 persen terhadap target RKAP sebesar 77,07 MBOPD. Sejalan dengan produksi minyak, produksi gas PIEP hingga kahir 2016 juga melebihi target, tercatat produksinya berada pada level 223,32 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 138,2 terhadap RKAP 2016.

 

Menurut Riri kesuksesan dalam upaya meningkatkan produksi, itu dapat diraih berkat keberhasilan aktifitas optimalisasi yang dilakukan oleh tiga anak perusahaan PIEP di berbagai negara: (1) PT Pertamina Algeria Eksplorasi Produksi (PAEP) yang mengelola lapangan-lapangan migas di Gurun Sahara, yaitu: Lapangan Menzel Ledjment North (MLN) selaku operator dengan PI 65%, Lapangan El Merk (EMK) dengan PI 16,9%, dan Lapangan Ourhoud (OHD) dengan PI 3,73%; (2) PT Pertamina Irak Eksplorasi Produksi (PIREP) yang memiliki PI 10 % di Lapangan West Qurna – 1; (3) PT Pertamina Malaysia Eksplorasi Produksi (PMEP) yang mengelola lapangan-lapangan migas di Lepas Pantai Sabah (Blok K, Blok H, Blok P), Lepas Pantai Serawak (Blok Sk 314 A, Blok SK 309, Blok SK 311), proyek unitisasi Lapangan Gumusut-Kakap, dan unitisasi Lapangan Siakap North Petai.

 

Di samping upaya untuk terus meningkatkan produksi, management PIEP juga tak lupa mencari ganti dari setiap tetes minyak yang diambil dengan menemukan cadangan baru. Komitmen tersebut dibuktikan dengan penemuan cadangan (2C) pada 2016 yang melebihi target dalam Rencana Kerja (RK). Dari hasil kegiatan eksplorasi (Malaysia) ditemukan cadangan minyak mentah dengan rincian, Lapangan Merapuh-5 sebesar 0,19 MMBO, Lapangan Jangas sebesar 12,09 MMBO, Lapangan Gumusut - Kakap sebesar 2,98 MMBO, Lapangan West Patricia sebesar 0,25 MMBO dan Lapangan South Acis sebesar 3,00 MMBO. Kemudian untuk kegiatan kerja ulang pinah lapisan (KUPL) dilakukan di Blok West Qurna-1(Algeria) untuk mempertahankan produksi. “Hal lain yang tidak kalah penting adalah kinerja HSSE, Alhamdulillah hingga Triwulan IV 2016 untuk NOA (Number of Accident)/Fatality dan TRIR (Total Recordable Incident Rate) tidak terjadi accident,” kata Riri mengakhiri perbincangan.•DIT . HULU

Share this post