Menilik Proyek Panas Bumi Sungai Penuh

Menilik Proyek Panas Bumi Sungai Penuh

PGE_LahendongIndonesia adalah negara kepulauan yang menjadi tempat bertemunya dua jalaur gunung berapi, yaitu Jalur Vulkanik Mediteranian dari ujung Aceh sebelah barat terus ke timur hingga ke Kepulauan Maluku dan Jalur Vulkanik Sirkum Pasifik yang masuk lewat utara Papua di timur terus ke barat atau sering disebut ring of fire. Maka tidak heran jika Indonesia dianugerahi ratusan gunung berapi aktif dengan potensi geothermal (panas bumi) terbesar didunia.

 

Setidaknya ada sekitar 300 lokasi di Indonesia yang menyimpan potensi geothermal setara dengan 28.500 MW (mega watt) listrik. Potensi yang menjanjikan sekaligus membanggakan itu disematkan karena sekitar 40% dari total sumber daya panas bumi dunia berada di Indonesia. Atas dasar itu, tidak heran manakala Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy, Rony Gunawan menggambarkan Indonesia bak Timur Tengah yang menyimpan 40 persen cadangan minyak bumi dunia. “Timur Tengahnya panas bumi itu Indonesia,” ucap Rony (8/04), menganalogikan betapa besarnya potensi geothermal di wilayah kaya kepulauan zamrud khatulistiwa.

 

Salah satu lokasi pengembangan panas bumi yang belum lama ini sukses menemukan uap geothermal adalah di Sungai Penuh, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci (Jambi), yang memiliki potensi geothermal sekitar 80 MW. Pengusahaan energi panas bumi proyek Sungai Penuh sejak awal banyak mengalami kendala. Utamanya, daerah tersebut berada dalam kawasan Taman Nasional, yang tabu untuk dilakukan kegiatan apapun di luar bidang kehutanan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Kendala alami yang sangat mendasar itu, secara arif dapat disiasati melalui pengeboran miring (site track) dengan area tapak lokasinya berda di luar kawasan Taman Nasional. Hal ini, telah menambah tingkat kesulitan menjadi lebih tinggi dan muaranya, tentu biaya pengeboran pun membengkak dari rencana awal.

 

Di samping tantangan teknis pengeboran non-konvensional, problem lain yang harus dipecahkan adalah area Sungai Penuh berada di daerah cukup terpencil dengan akses jalan yang rusak berat, serta rawan longsor pula. Tidak kurang dari 5 bulan waktu dihabiskan untuk memperbaiki infrastruktur, khususnya jalan agar peralatan alat berat dan perabotan pengeboran dapat masuk ke lokasi.

 

Ketika semua kendala alam teratasi, termasuk longsornya lokasi karena curah hujan yang tinggi maka pengeboran proyek geothermal Sungai Penuh baru berjalan lancar, sejak 9 April hingga 26 Juni 2013. Pasca pengeboran masalah lainpun muncul, yakni terjadi kebocoran sumur yang menyebabkan tercampurnya air dingin dengan air panas didalam sumur. Hal ini mengkibatkan suhu di dalam sumur mengalami penurunan menjadi 211 derajat Celcius, jauh lebih rendah dari tempratur konvensional yang seharusnya berada pada level di atas 240 derajat Celcius.

 

Setelah semua fasilitas untuk produksi terbangun, sumur dikompresi selama 5 hari dan pada 21 Januari 2014 yang lalu, menghasilkan uap sebanyak 70 ton per jam serta 200 ton per jam brine water, dengan potensi energi dari satu sumur setara 7 MW. Lewat proyek panas bumi Sungai Penuh kembali kita memetik pelajaran, bahwa setiap usaha yang sungguh-sungguh akan bermuara pada keberhasilan.•DIt.HULU

Share this post