Menjaga Kinerja Rantau Ketika Pasar Sedang Galau

Menjaga Kinerja Rantau Ketika Pasar Sedang Galau

20-HULU-Foto Rantau _1Jakarta -  Industri minyak dunia mengalami masa-masa sulit dalam 2 tahun belakangan. Penyebabnya, terpicu oleh harga miyak mentah dunia yang terjun bebas dari sekitar US$ 100 per barel menjadi antara US $ 40 – US $ 50 per barel sejak pertengahan 2014 lalu. Kondisi tersebut mendorong perusahaan-perusahaan minyak, baik nasional maupun multinasional untuk melakukan efisiensi disegala lini. Kebijakan yang sama, juga dengan ketat dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) supaya kinerjanya tidak terimbas krisis tersebut secara sinifikan. Menyikapi kondisi itu Direktur Hulu, Syamsu Alam dalam berbagai kesempatan mendesak seluruh jajaran pekerja bidang hulu migas supaya mengubah pola pikir lama yang memproduksikan migas dengan cara at any cost, kini harus lebih arief dalam memilah, memilih, dan menetapkan program mana yang  hendak dieksekusi. 

 

Di tengah kegalauan harga crude di pasar dunia, itu aset-aset sepuh milik PT. Pertamina EP (PEP) bertambah rendah tingkat keekonomiannya. Lebih 50% program pengeboran RK 2016 direevaluasi dan atau ditangguhkan. Inovasi operasi hanya dilakukan pada lokasi-lokasi lama untuk sekedar menahan laju penurunan produksi secara alami (natural decline rate). Langkah-langkah tersebut tanpa kecuali dengan sekuat tenaga dijalani oleh PEP Aset 1 Rantau Field. Komitmen Rantau Field dalam mempertahankan produksi di era sulit dilakukan dengan segala daya. Hal, ini ditunjukkan lewat berbagai terobosan dan inovasi operasi. Tidak bisa dipungkiri pemotongan anggaran biaya produksi sangat mempengaruhi gerak kinerja Rantau Field dalam 2 tahun terakhir. Fakta itu terlihat dalam capaian produksi hingga September 2016 sebesar 2.396,061 barel minyak per hari (BOPD) atau 89,2 persen terhadap target. Sedangkan produksi gas berada pada level 3,61 juta kaki kubik atau 102,9 persen dari target.

 

Sadar tertinggal, manajemen Rantau Field melakukan langkah-langkah akselerasi operasi dalam mengatasi problem klasik lapangan tua, seperti masalah tingginya laju natural decline rate, tekanan reservoir yang terus mengecil, ting­ginya tingkat low and off, masalah kepasiran, maraknya aksi ilegal pada trunk line, serta gangguan fasilitas sumur oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. “Untuk sand problem, kami mengatasinya dengan penggunaan sand screen/tubing screen. Penggunaan sand screen tersebut dapat memperpanjang lifetime sumur, sehingga mengurangi frekuensi perawatan sumur (PES)”, ungkap Richard Muthalib, Rantau Field Manager.

 

Selanjutnya Richard menjelaskan, untuk menahan laju decline rate management Rantau Field harus giat dalam melakukan intervensi sumuran, baik itu well services maupun reaktivasi sumur. Upaya ini dilakukan secara selektif dan memprioritaskan pekerjaan dengan pertimbangan aspek low cost, low risk, and high gain. Divsamping itu upaya pencarian potensi-potensi by pass oil menggunakan aplikasi Reservoir Saturation Tools (RST) dan PNX juga dilakukan. “Tools ini sangat membantu kami untuk mengetahui zona-zona mana yang masih memiliki saturasi minyak dan bisa diproduksikan. Ini menjadi strategi jitu untuk mengejar ketertinggalan produksi minyak Rantau Field,” imbuh Richard mewartakan kiat-kiatnya. Hingga akhir September 2016 kegiatan reaktivasi sumur suspended dilakukan sebanyak 15 sumur, melalui kegiatan pindah lapisan, additional perforasi, konversi injeksi, reopening, dan reaktivasi. Hasilnya tambahan produksi total sebanyak 225 bopd telah diraih. Kegiatan reaktivasi tersebut merupakan hasil review dan evaluasi data sub surface secara terintegrasi baik data seismik, geologi, dan data sumur. Langkah-langkah telaah ulang dimaksud memperoleh hasil berupa zona-zona reservoir baru yang berpotensi mengandung hidrokarbon, terutama minyak bumi.

 

Selain itu, efisiensi dan efektifitas operasi juga menjadi fokus perhatian management, berbagai terobosan diciptakan diantaranya: (1) Meningkatkan perolehan recover minyak dengan metode swab menggunakan Pompa MHR-01. (2) Penghematan biaya sewa well head compressor dengan mengalihfungsikan compressor idle SP/SK XIII menjadi onsite compressor untuk mempertahankan kontinyuitas produksi cluster Sumur P-423. (3) Mengurangi loss produksi yang disebabkan oleh Overheat Engine Kompressor dengan pemanfaatan Heat Exchanger Idle Kompressor Ajax sebagai heat exchanger compressor ariel di SP/SK-XII. (4) Meningkatkan Keekonomian Sumur P-140 dengan melakukan Optimalisasi Aset Melalui Pemanfaatan Limbah Padat Non B3. (5) Penghematan biaya pipa dan sewa vacuum truck untuk mempertahankan produksi Sumur KST-22 dengan menggunakan tangki penampung di SP-X. (6) Peningkatan kapasitas Pompa Injeksi air Asin dari 22.000 BWPD untuk memitigasi kenaikan air terproduksi dengan mengalihfungsikan feed pump menjadi pompa Booster Injeksi di WIP Alur Bamban. “Masih banyak inovasi yang lainnya, tetapi intinya dari berbagai inovasi tersebut kami berhasil menghemat production cost hingga Rp. 96.9 miliar,” terang Richard.

 

Di sisi lain, upaya menjaga kelestarian alam sebagai perwujudan etika bisnis industri ekstraktif, PEP Asset 1 Rantau Field, tahun lalu berhasil meraih Proper Emas untuk pertama kalinya. Perolehan tersebut membuktikan komitmen perusahaan dalam pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar daerah operasi tidak pernah alpa. Salah satu program unggulan Rantau Field adalah upaya Perlindungan Keaneka Ragaman Hayati, yaitu membantu pelestarian satwa langka tuntong laut (Batagur borneoensis). Hewan, ini merupakan satwa endemik yang masuk dalam daftar satwa langka sesuai Red List International Union for Conservation of Nature (IUCN). Berkerjasama dengan LSM Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia, PEP Rantau Field akan melepas liarkan 666 ekor tukik tuntong laut yang berhasil ditetaskan hingga September 2016. Habitat hewan sejenis penyu tersebut, di dunia hanya ada 2, salah satunya adalah di kawasan muara Sungai Tamiang, Seruey, Kabupaten Aceh Tamiang wilayah kerja PEP Aset 1 Rantau Field.•DIT. HULU

Share this post