Menutup Gap dan Meraba Garis Tangan Para Suksesor Baru

Menutup Gap dan Meraba Garis Tangan Para Suksesor Baru

Jakarta - Diperkirakan sebanyak 55 persen pekerja Direktorat Pengolahan akan pensiun dalam kurun waktu 10 tahun kedepan. Sadar akan hal itu, Pertamina terus melakukan berbagai perubahan untuk menciptakan para pemimpin baru, salah satunya lewat program bertajuk Individual Development Program. "Pertamina melalui Succession Planning dan Coaching memberikan kesempatan kepada calon suksesor atau leader untuk dikembangkan secara tepat dengan Individual Development Program,"ujar Direktur HR Pertamina, Evita Tagor dalam workshop "Inspiring Coaching Ways" bersama Handry Satriago, President & CEO GE Indonesia di Gedung Utama Pertamina, Jumat (5/10).


Program ini akan mengembangkan potensi para suksesor, bibit-bibit pemimpin masa depan Pertamina. Evita menuturkan bahwa Individual Development Program calon suksesor itu terdiri dari 10 persen berdasarkan pendidikan (education based), 20 persen relation based dan 70 persen experience based. Kongkritnya education based meliputi training formal atau program inhouse serta portal knowledge, sedangkan untuk relation based terdiri dari coaching mentoring dan role modelling. Selain fondasi terakhir yang tak kalah penting adalah pengalaman (experience based) dimana akan diberlakukan project atau assigment dan rotasi.


Evita mengungkapkan juga bahwa sejatinya dalam kurun waktu sepuluh tahun kedepan akan terjadi kekosongan pekerja sebanyak 55 persen di Direktorat Pengolahan, karena adanya pekerja yang akan pensiun yang meninggalkan tiga "gap" besar yang harus dipenuhi segera. Tiga gap tersebut meliputi capability gap, capacity gap dan generation gap.


Lebih lanjut Evita memaparkan bahwa terkait capability gap di Direktorat Pengolahan, Pertamina telah melakukan berbagai langkah seperti training menumbuhkan leader. Pemenuhan kompetensi pekerja juga di usahakan melalui beberapa langkah seperti RSDP academy, EPDP academy, dan CPDP academy. Selain itu ada juga yang disebut dengan leadership competency dan program akselerasi dengan crash program untuk akselerasi kompetensi.


"Kita ketinggalan di technical gap, mereka harus dipacu lagi kompetensinya. Mudah-mudahan dengan akselerasi, mengirim mereka kuliah dan magang itu bisa menggantikan yang 55 persen tadi,"tandas Evita.


Ihwal capacity gap, selain mempriotitaskan pengisian posisi yang kritikal, Pertamina juga akan terus melakukan proses rekruitmen bibit-bibit baru, baik lulus baru maupun tenaga berpengalaman. "Terkait capacity gap di pengolahan kami membuat identify critical position, langkah berikutnya adalah succesion, siapa yang akan menggantikan maka itulah alternatif. Kami punya visi, siapa yang pantas maka harus kita coach supaya tahu bagaimana garis tangannya, dan apakah ia pantas untuk menduduki posisi tersebut," jelas Evita dalam coaching yang dihadiri oleh para pekerja Direktorat Pengolahan dan HR ini. Evita juga mengimbuhkan bahwa gap terakhir yaitu generation gap akan hadir saat proses rekruitmen pekerja baru terhenti.


Terkait dengan itu, SVP Refinery Operation, Rusnaedy Johari mengatakan tentang pentingnya coaching dalam mengelola kesinambungan perusahaan kedepan. "Sustainability itu bukan terletak pada aset tapi pada SDM yang capable di perusahaan itu. Maka kita fokus pada peningkatan SDM yang dalam hal ini kita melihat kebutuhan SDM kedepan dari berbagai sisi," ucap Rusnaedy dalam pidato sambutanya.


Senada dengan itu, President dan CEO, GE Indonesia, Handry Satriago mengatakan bahwa coaching itu penting untuk melatih follower, karena jika tidak dilatih follower hanya akan jadi follower. " Pemimpin yang hebat tidak dapat sukses tanpa adanya pengikut yang hebat juga," ungkap Handry yang saat itu menjadi pemateri coaching.

Share this post