Menyigi Hambatan Investasi Panas Bumi Indonesia

Menyigi Hambatan Investasi Panas Bumi Indonesia

16-panasbumiJakarta – Sebagai  pro­blem  solver Direktorat Hulu Pertamina (Persero), Upstream Technology Center (UTC) melalui bidang New Energi & Green Technology (NEGT) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) internal bertema “Akselerasi Pengembangan Panas Bumi Pertamina” pada 13 Januari 2014, di Auditorium Gedung Kwarnas. Tujuan FGD ini adalah untuk menggali ber­bagai masukan yang akan dimanfaatkan dalam menyiapkan rumusan strategi percepatan pengembangan geothermal di Pertamina, sebagai bagian dari usaha pencapaian target  sesuai Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP).

 

“FGD ini merupakan salah satu acara dari rangkaian kegiatan yang didesain UTC  sehubungan  dengan agenda Forum Sharing Technology Hulu (FSTH). Yakni, ajang unjuk keandalan teknologi bidang hulu Pertamina untuk mendapatkan kombinasi solusi teknologi,yang akan diimplementasikan dalam menjawab berbagai problem operasi,”  ujar Gunung Sar­djono Hadi, Senior Vice Presi­dent Technology & De­velopment saat membuka FGD tersebut.

 

Lebih lanjut, Gunung Sardjono Hadi menyatakan pemanfaatan dan pengem­bangan energi geothermal di Indonesia selama ini terhambat beberapa faktor di antaranya perizinan, tum­pang-tindih pemanfaatan lahan, harga uap panas bumi yang tidak kompetitif, dan pembangunan fasilitas pembangkit listrik yang tidak terintegrasi dengan kegiatan hulu. Oleh karena itu, investasi hulu panas bumi tidak bisa dipacu. Hambatan-hambatan tersebut bermuara pada kebijakan pengelolaan  energi geothermal Indonesia yang hingga kini baru terutilisasi sekitar 5% saja dari potensi sebesar 28,5 Giga Watt electric (GWe), yang menyebar di 265 lokasi di seluruh Indonesia. Manakala potensi super raksasa yang notabene sebesar 40% cadangan panas bumi dunia, itu mampu diproduksikan maka akan terjadi penghematan penggunaan bahan bakar minyak sebanyak 1,2  juta barel per hari.  “Kami dari manajemen berharap pada kesempatan ini teman-teman pegiat bidang panas bumi, dapat duduk bersama melihat berbagai perspektif seluruh persoalan yang ada, sehingga memperoleh sesuatu yang bersifat substansial bukan rutinitas, agar bisa di-share kepada semua stakeholders,” jelas Gunung memaparkan sudut pandang strategisnya.

 

Vice President UTC, Sigit Rahardjo dalam laporannya menyampaikan bahwa UTC akan memaksimalkan perannya sebagai bagian dari operation holding yang berkontribusi aktif dalam mendukung upaya peningkatan produksi dan penambahan cadangan baik di seluruh APH mau­pun di fungsi Business Development. Selain itu UTC juga terus meningkatkan dan mengoptimalkan keandalan teknologi pengembangan goethermal, mulai dari bidang Geologi-Geokimia-Geofisika, Resevoir,  dan berbagai aspek  teknologi subsurface lainnya, serta masalah-masalah permukaan. “Implementasi New Technology Upstream merupakan salah satu keniscayaan untuk men­dong­krak produksi dan pe­manfaatan cadangan yang masih tertidur hingga saat ini dan lima tahun ke depan,”  ucap Sigit.

 

Forum FGD  tersebut di­ikuti oleh 45 peserta. Di samping Gunung dan Sigit hadir juga selaku pembicara VP Planning & Portofolio Hulu Irfan Zainudin, SVP Financing & Business Support PGE Budhi Hima­wan, VP Ren-Bang PGE Indria Doria, dan Aldin Ahmad (Geothermal & New Energy Upstream Bu­siness Development).•DIT.HULU

Share this post