OGAN KOMERING ULU - Dipercaya sepenuhnya oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya minyak dan gas bumi (migas) yang dikandung dalam wilayah kerja (WK) Blok Ogan Komering sejak 20 Mei 2018 lalu, memacu semangat seluruh jajaran Pertamina Hulu Energi Ogan Komering (PHE OK) untuk meningkatkan produksi. WK migas yang berlokasi di kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ini sebelumnya di kelola oleh Joint Operation Body (JOB) Pertamina - Jadestone Energy (OK) Ltd. Dalam Rencana Kerja (RK) awal setelah terminasi, PHE OK ditargetkan mampu menyumbangkan produksi migas kepada PT Pertamina (Persero) sebesar 1.740 barel minyak per hari (BOPD) dan 8,04 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD).
“Diiringi rasa Syukur, saya katakan kepercayaan tersebut bisa kami penuhi dengan produksi saat ini yang melebihi target. Yakni, produksi minyak sebanyak 2.231 BOPD atau 128,2% dari target, dan gas sebesar 9,09 MMSCFD atau 113% dari target,” ucap Amrullah Muiz, General Manager (GM) PHE Ogan Komering.
Lebih jauh Amrullah menjelaskan, hasil tersebut bisa diraih karena penerapan langkah-langkah strategis yang dilakukan management PHE OK. Kiat-kiat yang ditempuh PHE OK, antara lain lewat upaya optimalisasi produksi dari lapangan existing dengan kegiatan-kegiatan: melakukan monitoring surveillance, evaluasi data performance sumur, update test sumur, dan annular depression test pada sumur sehingga mampu menaikkan gain produksi.
“Salah satu hal yang kami lakukan untuk menjaga performance sumur misalnya, adalah dengan pemasangan pompa Electric Submersible Pump (ESP) dan Beam Pump (BP) yang kapasitasnya sesuai dengan kebutuhan sumur,” jelas Amrullah.
Sementara itu, menurut Amrullah, untuk menjaga long life pompa para engineer PHE OK memasang sand screen pada sumur yang memiliki problem kepasiran. Metode produksi lain yang juga diterapkan adalah melakukan rig less acidizing pada sumur-sumur injector dan the bottlenecking pipeline untuk memperlancar proses laju alir minyak dan water injection. Saat ini kontribusi terbesar produksi PHE OK diperoleh dari dua lapangan yaitu, masing-masing 52% dari Lapangan Air Serdang (ASD) dan 34% sumbangan Lapangan Guruh (GRH).
Selain menjaga dan meningkatkan performa sumur yang masih berproduksi, manajemen PHE OK juga terus berupaya untuk menghidupkan kembali sumur lama yang masih memiliki potensi besar. Salah satunya adalah program reaktivasi sumur ASDJ-57 dengan tambahan produksi minyak 15 BOPD, ASD-01 (gas 1,7 MMSCFD), dan MDL-3 (gas 3,4 MMSCFD). Selanjutnya pada pertengahan November mendatang, PHE OK juga telah merancang kegiatan kerja ulang pindah lapisan (KUPL) di dua sumur kandidat pada zona batupasir dari Formasi Gumai (GUF) dan batupasir Formasi Air Benakat (ABF). Selain meningkatkan produksi, PHE OK juga berkomitmen dalam upaya menambah cadangan baru agar rasio reserve to production (R to P) terjaga berkelanjutan.
Maka sejak pengelolaan beralih, PHE OK langsung tancap gas merancang berbagai program eksplorasi. Seperti yang sedang berjalan saat ini adalah Studi G&G dan Studi GGR. “Hal lain yang tak kalah penting dan perlu dicatat adalah kinerja finansial. Berdasarkan data per Agustus 2018, PHE OK membukukan revenue US$ 11.84 juta dengan operation cost US$ 8.08 perbarel setara minyak (BOE). Fakta ini menunjukkan pengelolaan Blok OK termasuk profitable dengan cost yang efisien,” tutup Amrullah.•DIT. HULU